Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Pandemi, Tren Pemesanan Hotel oleh Masyarakat Indonesia Bergeser

Kompas.com - 08/09/2020, 13:53 WIB
Elsa Catriana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Semenjak mewabahnya Covid-19 bukan hanya trend belanja konsumen saja yang bergeser, tetapi trend untuk memenuhi kebutuhan tarsier seperti berlibur atau menginap di hotel juga ikut bergeser.

Country Marketing Director, RedDoorz Indonesia Sandy Maulana menyatakan sejak ada pendemi membuat trend pemesanan hotel ikut bergeser di tengah masyarakat.

Ia bilang saat ini masyarakat lebih condong memilih hotel yang sudah memiliki program sertifikasi hiegenitas ketika ingin berlibur di masa new normal dibandingkan reputasi brand hotelnya.

Baca juga: 1.642 Hotel Tutup akibat Pandemi, Kadin: Kalau Mau Beli, Sekarang Lagi Murah

"Sekarang masyarakat kita apabila ingin berlibur lebih memilih hotel mana yang sudah memiliki sertifikat hiegenitas dibanding travel company atau reputasi brandnya," ujarnya dalam RedDoorz virtual group media interview, Selasa (8/9/2020).

Dia menyebutkan berdasarkan data survei yang ia dapatkan ada sebanyak 29 persen orang yang mengaku lebih memilih kebersihan hotel sebagai tolak ukur utama dalam memesan hotel. Angka ini cukup jauh lebih tinggi dibandingkan faktor brand reputation yang dimana jumlahnya hanya mencapai 21 persen.

Selain dari segi kebersihan, dia mengatakan tolak ukur kedua masyarakat ketika memilih hotel adalah dari sisi harga yang ditawarkan. Dia bilang masyarakat masih tetap memilih harga hotel yang lebih murah atau kompetitif dibandingkan dengan hotel yang mahal.

"Kalau lihat datanya seperti Australia, New Zealand, Hongkong, Singapore itu masih memilih hotel yang harga lebih murah dibandingkan yang mahal. Bukan hanya Indonesia saja," ucapnya.

Sandy menyebutkan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh RedDoorz, sebanyak 35,7 persen responden yang berencana ingin berlibur dalam waktu dekat ini atau di bulan ini. Lalu 49,8 persen lainnya yang lebih memilih berlibur dalam waktu 1 atau 3 bulan ke depan.

"Artinya apa? Kami melihat minat masyarakat untuk kembali berlibur itu mulai ada peningkatan," katanya.

Sandy mengakui memang tempat untuk dipilih sebagai tempat berlibur masih seputaran wilayah domestik saja dibandingkan dengan wilayah internasional. Sebab, selain memiliki persyaratan yang banyak dan ribet yang harus diurus, juga karena memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi jika dibandingkan berlibur di wilayah domestik.

"Kalau liburan ke negara luar itu mengurus dokumennya banyak dan cukup sulit, makanya lebih memilih berlibur di wilayah domestik. Wilayah domestik yang banyak dipilih itu adalah Bandung, Bogor, Yogya, Semarang hingga Medan yang sekarang banyak diminati," papar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com