Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Sore Ini Ditutup Melemah, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 08/09/2020, 16:40 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot menguat pada Selasa (9/9/2020).

Mengutip data Bloomberg rupiah sore ini, rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen pada level Rp 14.765 per dollar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya Rp 14.740 per dollar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah sore ini terdorong oleh beberapa sentimen diantatanya, kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi yang negatif di kuartal ke III tahun 2020. Hal ini akibat kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum dapat teratasi hingga saat ini.

“Pertumbuhan ekonomi dalam negeri di kuartal III kemungkinan akan kontraksi -2 persen sampai dengan 1 persen di bandingkan dengan negara lainnya seperti AS, Singapura dan negara-negara Eropa yang terkontraksi lebih dalam akibat pandemi Covid-19 yang sampai saat belum ada tanda-tanda menurun,” kata Ibrahim.

Baca juga: Mau Tukar Valas? Berikut Kurs Rupiah Hari Ini di 5 Bank

Oleh sebab itu, pemerintah terus menggelontorkan stimuslus untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Misalkan saja program kesehatan, bantuan sosial seperti bantuan langsung tunai (BLT), Bansos (Sembako) hingga program keluarga harapan(PKH).

Selain itu juga ada program bantuan yang ditujukan kepada UMKM, serta bantuan untuk karyawan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan yang bergaji dibawah Rp 5 juta, mendapat bantuan sebesar Rp 600.000 selama kurun waktu 4 bulan.

Pergerakan rupiah hari ini juga terdorong oleh sentimen rencana pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB). Rencana pertemuan yang berfokus pada perkiraan inflasi bank, terjadi setelah mata uang Euro mencapai level tertinggi.

Di sisi lain, sentimen pergerakan rupiah juga terpengaruh oleh konflik AS dan China, terkait dengan rencana Presiden AS Donald Trump untuk kembali membatasi hubungan ekonomi antara kedua negara. Kondisi ini diperparah dengan aksi demonstrasi Hongkong yang meminta percepatan pemilu.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson saat ini mempertimbangkan undang-undang untuk mengesampingkan perjanjian penarikan Brexit dengan Uni Eropa (UE). Uni Eropa mengancam jika langkah tersebut dilanjutkan, maka tidak akan ada kesepakatan apapun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com