Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Deretan Pebisnis Wanita Paling Berpengaruh di Asia, Dua dari Indonesia

Kompas.com - 18/09/2020, 14:43 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Forbes

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini penuh tantangan bagi para pebisnis karena seluruh kegiatan ekonomi di dunia terimbas pandemi Covid-19. Kepemimpinan pun terus diuji untuk mampu bertahan melewati masa krisis.

Forbes melihat ada 25 pemimpin wanita di Asia yang dinilai berhasil menjawab tantangan tersebut, bahkan mampu menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi masa-masa sulit.

Mereka berasal dari latar belakang bisnis yang berbeda-beda, mulai dari bioteknologi, fintech, edutech hingga sektor yang lebih konvensional seperti ritel, logistik, dan hukum.

Baca juga: Warren Buffet Menjadi Miliarder yang Paling Dermawan Versi Forbes

Kendati demikian, setiap wanita pebisnis tersebut sama-sama memiliki rekam jejak keberhasilan. Baik lewat menjalankan perusahaan dengan pendapatan yang cukup besar atau mendirikan perusahaan baru senilai lebih dari 1 miliar dollas AS.

Melansir Forbes, Jumat (18/9/2020), dari ke-25 wanita yang masuk dalam daftar Power Businesswomen Forbes Asia 2020, dua diantaranya merupakan pebisnis wanita asal Indonesia.

Pertama adalah Co-founder & Chief Operating Officer (COO) PT Nusa Satu Inti Artha, Nabilah Alsagoff. Perusahaan ini merupakan pembuat aplikasi dompet digital (e-wallet) bernama Doku.

Ide tersebut berawal ketika Nabilah bekerja dengan departemen pariwisata Bali yang tengah membuat sebuah situs yang bisa mendukung pariwisata di Pulau Dewata tersebut. Saat itu, ia menemukan bahwa bank daerah tidak bisa memproses transaksi online yang dilakukannya.

Oleh sebab itu, Nabilah bersama temannya membuat e-wallet Doku, yang kemudian menjadi pelopor transaksi non tunai di Indonesia. Pada tahun 2016, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK) membeli saham mayoritas Nusa Satu Inti Artha, dengan nilai transaksi yang dirahasiakan.

Kendati saham mayoritas telah dimiliki pihak lain, Nabilah tetap menjabat sebagai COO Doku, perusahaan yang telah ia rintis sejak tahun 2005.

Baca juga: Pendiri Perusahaan Game Ini Jadi Miliarder Baru Singapura, Kok Bisa?

Pada tahun 2019, Doku telah menangani transaksi senilai Rp 63 triliun, atau lebih naik 50 persen dari nilai transaksi di tahun 2018. Capaian ini menjadikan Doku salah satu layanan pembayaran kenamaan di Indonesia.

Saat ini, di tengah pandemi yang melanda Tanah Air, transaksi Doku semakin berkembang seiring dengan gaya hidup masyarakat yang beralih ke transaksi secara online. Di sisi lain, Doku kini juga dikembangkan menjadi konsultan untuk berbagai bisnis online.

Wanita kedua asal Indonesia adalah Presiden Direktur Prodia Widyahusada Dewi Muliaty. Prodia merupakan laboratorium klinik terbesar di Indonesia.

Ia sedang menempuh pendidikan untuk memperoleh izin praktek apoteker pada tahun 1988. Saat itu, Andi Wijaya, yang merupakan profesornya dan pendiri Prodia mempekerjakannya sebagai asisten manajer.

Dua dekade kemudian, Dewi menjadi Presiden Direktur Prodia dan mendorong ekspansi secara nasional, sehingga meningkatkan jumlah klinik dari 107 di tahun 2010 menjadi sebanyak 285 klinik saat ini.

Dewi juga meningkatkan kapasitas pengujian untuk penyakit autoimun dan penyakit lainnya, yang menyumbang hampir seperlima dari pendapatan tahun lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com