Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Mandiri Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi -3 Persen, Resesi Bisa Lanjut di Kuartal IV

Kompas.com - 24/09/2020, 12:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Andry Asmoro memproyeksi pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III 2020 terkontraksi -3 persen.

Berdasarkan proyeksi awal, kontraksi bisa berlanjut hingga kuartal IV 2020. Namun, masih diperlukan beberapa indikator di kuartal IV 2020 yang dimulai pada Oktober mendatang.

"PDB terkontraksi dua kuartal (kuartal III dan kuartal IV. Namun kuartal IV bisa positif dengan dorongan dari belanja pemerintah. Kuartal III kontraksi 2-3 persen, kuartal IV masih menunggu gambaran awal," kata Andry dalam Mandiri Economic Outlook, Kamis (24/9/2020).

Baca juga: Indonesia Resesi, Kadin: Pengangguran Akan Bertambah 5 Juta Orang

Meski terkontraksi, kontraksi ekonomi kuartal III masih lebih baik dibanding kuartal II 2020, seiring dengan adanya relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sepanjang 2020, ekonomi bakal terkontraksi di kisaran -1 hingga -2 persen (yoy).

Kemudian, pertumbuhan ekonomi pada 2021 akan mulai memasuki masa pemulihan, dengan asumsi kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai adanya prospek penemuan dan produksi vaksin.

Jika semester I 2021 vaksin sudah dimassalkan, ekonomi semester II 2021 akan kembali seperti pada awal tahun 2020.

"Kami memperkirakan ekonomi dapat tumbuh 4.4 persen di tahun 2021," ucapnya.

Adapun saat ini, kinerja perbankan masih relatif kuat, meski bank bersandi saham BMRI ini mengaku tengah melakukan penstabilan di tengah meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) namun rendahnya penyerapan kredit.

Baca juga: Meski Resesi Membayangi, Indikator Perekonomian Ada yang Membaik

Meski rendah, penyaluran kredit Bank Mandiri pada kuartal II 2020 secara konsolidasi masih tumbuh 4,38 persen (yoy) menjadi Rp 871,7 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 835,1 triliun.

Pertumbuhan kredit diperkirakan hanya mencapai 1,5 persen dibandingkan tahun lalu. NPL pun diproyeksi meningkat antara 3,5 persen - 4 persen namun peningkatan ini dapat diredam karena stimulus Pemerintah dan OJK.

Sementara DPK dapat tumbuh sebesar 8,3 persen seiring makin banyaknya penabung dengan nominal besar.

"Dengan pertumbuhan DPK yang tinggi tersebut maka kondisi likuiditas akan relatif tinggi pada tahun ini," pungkasnya.

Informasi saja, pada kuartal II 2020 penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh 4,38 persen (yoy) menjadi Rp 871,7 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 835,1 triliun.

Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) konsolidasi yang mencapai 15,82 persen (yoy) menjadi Rp 976,6 triliun, di mana komposisi dana murah mencapai 61,9 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com