Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Resesi, Investasi ke Pasar Global Masih Cuan?

Kompas.com - 23/09/2020, 17:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam 1-2 tahun terakhir, pasar modal mengalami perubahan tren yang cukup signifikan karena adanya disrupsi teknologi yang masif.

Beberapa sektor yang berkaitan dengan teknologi bahkan mengalami pertumbuhan yang baik. Baiknya kinerja membuat saham-saham di sektor ini makin unggul di masa pandemi.

Head of Unit Trust and Treasures Private Client Produk, PT Bank DBS Indonesia, Mus Hidayat mengatakan, tak ada salahnya investor menggunakan momentum ini untuk berinvestasi di pasar global.

Baca juga: Intip 5 Cara Aman Investasi Online Reksa Dana dan Saham

"Kalau kita lihat dari perspektif investasi, ini memberikan kesempatan untuk memanfaatkan perubahan tren jangka panjang, peluangnya investasi di pasar luar negeri," kata Mus dalam Group Interview Bank DBS secara virtual, Rabu (23/9/2020).

Mus menuturkan, nasabah Indonesia, utamanya di level high-network individual memiliki kecenderungan untuk berinvestasi di luar negeri, utamanya di negara-negara berkembang. Kecenderungan itu muncul akibat banyaknya gap antara pasar domestik dengan pasar global dari sisi keberagaman produk.

Kondisi ini juga disadari oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Maka pada tahun 2015, OJK memperkenalkan reksa dana syariah berbasis efek luar negeri. Nasabah bisa berinvestasi 100 persen ke pasar global.

"Ini bisa jadi jawaban untuk memenuhi kebutuhan nasabah Indonesia atau nasabah domestik yang ingin memiliki akses investasi secara global," ujar dia.

Menurut Mus, berinvestasi di pasar global merupakan salah satu perencanaan investasi yang disarankan, yakni mendiversifikasikan portofolio investasi ke dalam beberapa instrumen.

Memasukkan instrumen investasi pasar global dalam portofolio bisa menjadi cuan buat investor karena diuntungkan dari sisi makro dan kurs mata uang yang berbeda di negara-negara tujuan.

Baca juga: Ini yang Terjadi pada Reksa Dana saat Indeks LQ45 dan IDX30 Dievaluasi

"Kalau nasabah tidak melakukan diversifikasi mungkin (investasi) menjadi tidak optimal. Jadi semakin banyak yang menyadari perlunya diversifikasi investasi di luar negeri, dari sisi currency maupun dari sisi geografi," pungkasnya.

Informasi saja, Bank DBS hari ini menghadirkan instrumen investasi alternatif bagi nasabah yang memiliki kebutuhan untuk berinvestasi di pasar global, yakni Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED).

MGSED merupakan instrumen reksa dana syariah berbasis efek luar negeri yang dapat diperjualbelikan dengan mengacu pada harga Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan yang dipublikasikan setiap hari.

Melalui MGSED, nasabah bisa berinvestasi pada perusahaan-perusahaan global yang inovatif, seperti Microsoft Corp, Apple Inc, Alibaba Group Holdings-SP ADR, dan lain-lain.

Kehadiran produk baru itu merupakan strategi Bank DBS dalam Wealth Management, yang bekerja sama dengan Mandiri Manajemen Investasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com