Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uni Eropa Diskriminasi Sawit Indonesia, Menlu Retno: "Treat Us Fairly"

Kompas.com - 19/11/2020, 11:38 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyoroti persoalan diskriminasi produk kelapa sawit Indonesia oleh Uni Eropa. Ia memastikan, persoalan ini akan dihadapi secara tegas oleh Indonesia.

Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Nilai ekspornya pun mencapai 23 miliar dollar AS pada tahun lalu.

"Kita tahu ada diskriminasi terhadap sawit Indonesia, bahkan kampanye negatif, khususnya di Eropa. Kita ingin selalu melawan diskriminasi ini," ujarnya dalam sambutan pada acara Jakarta Food Security Summit-5 secara virtual, Kamis (19/11/2020).

Baca juga: Bicara Soal Green Diesel Pertamina, Jokowi : 1 Juta Ton Sawit Petani Bisa Diserap

Menurut Retno, tindakan diskriminatif yang dilakukan Uni Eropa bertentangan dengan prinsip kemitraan dan kolaborasi dalam hubungan antar negara.

Ia mengaku, beberapa hari lalu telah melakukan komunikasi dengan High Representative-Vice President Komisi Eropa Josep Borrell untuk membahas pentingnya meningkatkan kemitraan satu sama lain dan menyelesaikan persoalan diskriminasi kelapa sawit Indonesia.

"Saya sampaikan mengenai pentingnya kemitraan yang lebih kuat dan menyelesaikan isu diskriminasi terhadap sawit Indonesia. Indonesia selalu melakukan komunikasi secara terbuka, yang kita inginkan adalah satu, treat us fairly (perlakukan kami dengan adil)," ungkap Retno.

Dia menegaskan, Indonesia akan selalu melakukan komunikasi dengan Uni Eropa untuk penyelesaian isu kelapa sawit tersebut.

Retno bilang, tentunya Indonesia ingin memiliki kemitraan yang lebih kokoh dengan Uni Eropa yang memang sudah lama menjadi natural partner, lantaran kedua pihak memiliki kesamaan pandangan di banyak isu.

Selain kelapa sawit, Retno juga memastikan, akan terus mengawal berbagai komoditas unggulan Indonesia yang mengalami ketidakadilan di pasar global.

"Tentunya tidak berhenti kelapa sawit saja, kita sepenuhnya mendukung dan terus mengawal berbagai komoditas unggulan di RI seperti kopi, teh, karet. Karena diplomasi Indonesia tidak ingin tinggal diam dan akan terus berdiri untuk tegak membela kepentingan nasional kita," pungkasnya.

Baca juga: Membedah Kekhawatiran Penguasaan Lahan Sawit di UU Cipta Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com