Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Labanya Terbesar di Industri, Ini Tanggapan Bos BCA

Kompas.com - 08/02/2021, 18:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi bank dengan percatatan laba paling tinggi sepanjang 2020 dibanding bank-bank lain yang sudah mengumumkan perolehan laba bersih.

BCA mampu membukukan laba sebesar Rp 27,1 triliun sepanjang 2020. Laba ini lebih besar dibanding Bank Mandiri Rp 17,1 triliun, BRI Rp 18,66 triliun, dan BNI Rp 3,3 triliun.

Meski laba masih yang tertinggi dari the big four, Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengakui kinerja bank swasta terbesar itu mengalami penurunan.

Baca juga: Antisipasi Banjir, Menhub Inspeksi Pengelolaan Air di Bandara Halim Perdanakusuma

"Secara umum kita tahu performance (laba bersih) turun 5 persen. Meski kalau dibanding sama yang lain kungkin kita lebih baik. Tapi kita harus mengakui itu turun," kata Jahja dalam paparan kinerja BCA secara virtual, Senin (8/1/2021).

Jahja menuturkan, penurunan laba sedikit banyak disebabkan oleh penyaluran kredit yang kurang optimal.

Di masa pandemi Covid-19, perbankan akan lebih prudent dan mengambil langkah hati-hati, meski melepas kredit jadi pendapatan paling menguntungkan.

Di sisi lain, perseroan harus fokus pada beberapa target, antara lain pemberian restrukturisasi kredit kepada debitur dan mengadakan pameran virtual guna menggenjot bisnis bank.

"Kita harus pecah konsentrasi kita sehingga menyebabkan kreditnya minus," ungkap Jahja.

Di sisi lain, perseroan banyak menempatkan Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya CASA ke Surat Berharga Negara (SBN).

Meski secara Net Interest Margin (NIM) penempatan dana ke SBN lebih kecil dibanding menggelontorkan kredit, imbal hasil dari SBN tersebut masih menopang laba. Belum lagi, imbal hasil SBN di tahun-tahun sebelumnya masih lebih tinggi dibanding saat ini.

Baca juga: BCA Catat Laba Bersih Rp 27,1 Triliun Sepanjang 2020

Tercatat, total kredit BCA turun 2,1 persen (yoy) menjadi Rp 575,6 triliun. Secara konsolidasi, total kredit tercatat melemah sebesar 2,5 persen (yoy) menjadi Rp 588,7 triliun.

Hal itu sedikit banyak dipengaruhi oleh pelemahan aktifitas bisnis sehingga fasilitas kredit yang meningkat 5 persen tidak dapat dimanfaatkan dengan maksimal.

Secara lebih rinci, kredit korporasi masih meningkat hingga 7,7 persen (yoy) menjadi Rp 255,1 triliun. Sedangkan kredit komersial dan UMKM menurun 7,9 persen (yoy) menjadi Rp 186,8 triliun.

Dalam portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,7 persen (yoy) menjadi Rp 90,2 triliun, KKB terkontraksi 22,6 persen (yoy) menjadi Rp 36,9 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit turun 20,6 persen (yoy) menjadi Rp 11,2 triliun.

Totalnya, kredit konsumer terkontraksi 10,8 persen (yoy) menjadi Rp 141,2 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com