Peningkatan impor Pertamax juga selaras dengan proyeksi pertumbuhan penjualan BBM non penugasan.
Penjualan BBM non penugasan diproyeksi tumbuh dari 139,3 juta barrel pada tahun lalu, menjadi 162,5 juta barrel pada tahun 2021.
Pada saat bersamaan, penjualan BBM penugasan diprediksi kembali menurun, dari 53,3 juta barrel pada 2020 menjadi 47,69 juta barrel pada tahun ini.
Bukan hanya BBM, impor elpiji sampai dengan akhir tahun ini juga diproyeksi Pertamina mengalami kenaikan.
Impor elpiji tahun ini diprediksi mengalami peningkatan sebesar 16 persen atau 1 juta metrik ton dari tahun 2020 sebesar 6,2 juta metrik ton, menjadi 7,2 juta metrik ton.
Meskipun produksi elpiji dalam negeri terus tumbuh, namun hal itu tidak dapat berkontribusi banyak terhadap permintaan domestik.
Baca juga: Mulai Hari Ini, KRL Jogja-Solo Berbayar
Pada tahun ini alokasi elpiji subsidi diproyeksi tumbuh menjadi 7,5 juta metrik ton dari tahun lalu yang sebesar 7,14 juta metrik ton.
Direktur Pertamina Trading dan Komersialisasi Masud Khamid menilai, pertumbuhan kuota elpiji tabung melon itu disebabkan oleh sejumlah hal.
“Dari regulasi yang ada selama ini belum terdapat penegasan kriteria konsumen yang berhak mendapatkan elpiji 3 kg bersubsidi dan besaran jumlah subsidi yang dapat diterima,” katanya.
Selain itu, pelaksanaan program konversi BBM ke elpiji yang dilaksanakan setiap tahunnya untuk nelayan dan petani, disebut Masud menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan konsumsi.
Kemudian, belum adanya penyesuaian harga elpiji 3 kg sejak 2007, mengakibatkan munculnya perbedaan harga antara elpiji subsidi dan non subsidi sebesar Rp 5.368 per kg.
Merespons hal-hal itu, Pertamina pun disebut telah melakukan berbagai langkah strategis.
Seperti kerja sama dengan 12 pemerintah daerah di tingkat provinsi dan 154 pemerintah daerah di tingkat kabupaten/kota, guna menggalakkan penggunaan elpiji non subsidi bagi ASN dan non usaha mikro.
Baca juga: Soal Negosiasi dengan Tesla, Ini Kata Antam dan Inalum
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.