JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak awal tahun 2021, harga minyak mentah global telah menguat lebih dari 30 persen. Penguatan ini diproyeksi masih akan berlanjut, didukung optimisme pasar terhadap kehadiran vaksin Covid-19.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, tren penguatan tersebut akan berimbas terhadap keuangan negara. Sebab, harga jual bahan bakar minyak (BBM) diproyeksi tidak akan mengalami perubahan.
Hal tersebut kemudian akan membuat pemerintah mengucurkan dana yang lebih besar untuk membayar kompensasi subsidi ke PT Pertamina (Persero), selaku penyalur BBM subsidi.
“Jika (harga minyak) naik terus, nanti beban keuangan negara akan semakin berat akan dana kompensasi yang diberikan,” kata Mamit kepada Kompas.com, Jumat (26/2/2021).
Baca juga: Harga Minyak Mentah Diprediksi Tembus Rp 1 Juta Per Barrel, Ini Penyebabnya
Untuk mengatasi hal tersebut, Mamit menyarankan kepada pemerintah untuk memperketat pengawasan penyaluran BBM subsidi. Dengan demikian, konsumsi BBM subsidi akan dapat dikendalikan.
“Tidak semua orang bisa menggunakan BBM subsidi, tapi hanya mereka yang membutuhkan,” ujarnya.
Apabila nantinya peningkatan harga minyak mentah dan konsumsi tidak dapat terkendali, Mamit pun menyarankan agar penyesuaian harga BBM subsidi dilakukan.
Namun, menurutnya ini adalah opsi terakhir yang dapat dilakukan oleh pemerintah.
“Harus melihat timing yang tepat. Jangan sampai dengan kondisi ekonomi yang belum tumbuh ada kenaikan harga BBM subsidi,” ucap Mamit.
Baca juga: Harga Minyak Terus Menguat, BBM Bakal Ikut Naik?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.