Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Tergerus Akibat Pandemi, Yelooo Integra Bakal Right Issue 1,9 Miliar Saham

Kompas.com - 02/03/2021, 17:33 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) mengumumkan rencana right issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) sebesar 1,9 miliar saham dengan nilai nominal Rp 5 per saham.

Perusahaan yang dikenal dengan nama Passpod ini rencananya akan menggunakan dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya emisi untuk mengakuisisi 97,99 persen saham PT Abadi Harapan Unggul sejumlah 975.000 saham dengan nilai nominal Rp 100.000 per saham.

Sementara itu, sisanya setelah dikurangi dengan biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja perseroan.

Baca juga: IHSG Turun di Sesi I, Emiten Startup Binaan BEI Ini Jadi Leader

Rencana PMHMETD akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Maret 2021 mendatang

“Rencana PMHMETD ini didukung oleh pemegang saham utama perseroan. Dengan adanya rencana eksekusi ini akan memberikan efek yang signifikan bagi kelangsungan usaha dalam waktu singkat,” kata Wewy Suwanto, Direktur Keuangan dan Operasional Yelooo Integra Datanet dalam public expose insidentil, Selasa (2/3/2021).

Adapun latar belakang rencana PMHMETD perseroan adalah karena pendapatan bersih per 31 Desember 2020 turun drastis sebesar 93,9 persen, dari Rp 37,5 miliar pada 2019 menjadi Rp 2,3 miliar selama tahun 2020.

Total aset juga turun sebesar 41,7 persen dari Rp 83,5 miliar per 31 Desember 2019 menjadi Rp 48,7 miliar per 31 Desember 2020.

Terutama disebabkan tergerusnya pada kas dan bank, uang muka dan aset tetap Perseroan.

Baca juga: Kemenaker: Upah Per Jam Diterapkan untuk Pekerja Paruh Waktu

Total liabilitas Perseroan meningkat 303,5 persen dari Rp 1,7 miliar per 31 Desember 2019 menjadi Rp 6,7 miliar per 31 Desember 2020.

Hal ini terutama disebabkan naiknya utang usaha dan beban yang masih harus dibayar Perseroan.

Total ekuitas Perseroan turun drastis 48,8 persen dari Rp 81,9 miliar per 31 Desember 2019 menajdi Rp 41,9 miliar per 31 Desember 2020.

Terutama disebabkan adanya kerugian bersih selama tahun 2020 sebesar Rp 40,2 miliar yang jika dibandingkan dengan 2019 masih mencatatkan laba sebesar Rp 1,3 miliar.

Baca juga: Setahun Pandemi, Ini Program Stimulus yang Dilanjutkan untuk UMKM

Namun demikian, perseoan telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi bisnisnya, di antaranya mengurangi beban gaji Perseroan sampai dengan 50 persen, mengurangi biaya sewa kantor, mengurangi biaya pokok atas data dengan cara negosiasi, memulai penjualan data dalam negeri sehingga diharapkan dapat membantu mengganti penjualan data luar negeri yang hilang akibat pandemi, dan memulai proses akuisisi anak uaha yang sejalan dengan bisnis Perseroan.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com