JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) memproyeksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara kawasan Asia menguat jadi 7,7 persen pada tahun 2021.
Pertumbuhan didukung oleh pemulihan yang kuat di China.
Secara keseluruhan, ekonomi dunia diprediksi tumbuh 5,6 persen pada tahun 2021, sebuah laju pascaresesi tercepat dalam 80 tahun terakhir.
Baca juga: Bank Dunia Revisi Ke Atas Pertumbuhan Ekonomi RI Menjadi 5 Persen di Tahun 2022
Namun demikian, pemulihan ekonomi di berbagai negara tidak merata di tengah akses vaksin Covid-19 yang berbeda-beda tiap negara.
Di sisi lain, pemulihan ekonomi tajam terjadi di beberapa ekonomi utama seperti AS, karena adanya dukungan fiskal yang besar.
"Pertumbuhan ekonomi secara regional telah bangkit kembali dari tahun 2020, tapi kecepatannya berbeda antar negara," kata Country Director Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen dalam konferensi virtual Global Economic Prospects, Kamis (17/6/2021).
Lantas, bagaimana proyeksi bank dunia untuk masing-masing negara?
Proyeksi bank dunia ini didasarkan dari faktor domestik dan faktor pendukung lainnya di negara tersebut.
Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen di 2022, Pemerintah Diminta Dorong Konsumsi
Di China, Bank Dunia menilai negeri Tirai Bambu itu meningkat jadi 8,5 persen tahun ini.
Pertumbuhan didukung oleh ekspor yang kuat dan permintaan bantuan di tengah pengendalian wabah.
Kemudian pada tahun 2022, ekonomi China diproyeksi moderat menjadi 5,4 persen.
Hal ini mencerminkan berkurangnya dukungan fiskal dan moneter yang lebih ketat.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan tak termasuk China akan lebih cepat pada angka 5 persen di tahun 2022.
Baca juga: Vaksinasi Jadi Faktor Pendorong Pertumbuhan Ekonomi 2022 Capai 5,2 Persen
Namun demikian, output di beberapa negara kawasan akan tetap di bawah tingkat pra-pandemi karena beban Covid-19 tetap tinggi hingga tahun 2022.
Pemulihannya akan bergantung pada kemampuan ekonomi regional berkomitmen memenuhi ketersediaan vaksin.