Mahardika bilang, kondisi industri yang lebih kondusif dengan harga batu bara yang mencatat rekor tertingginya dalam sepuluh tahun terakhir, semakin menunjang strategi perusahaan untuk menaikkan dan mencapai panduan nisbah kupas demi memungkinkan fleksibilitas operasional jangka panjang.
"Perusahaan juga akan melanjutkan upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi di sepanjang rantai pasokan batu bara yang terintegrasi secara vertikal," tulisnya dalam laporan tersebut.
Ia mengatakan, pasar batu bara termal seaborne pada kuartal II-2021 masih terdampak oleh keterbatasan suplai, karena negara-negara pemasok utama seperti Indonesia dan Australia masih kesulitan untuk meningkatkan produksi meskipun dengan harga lebih tinggi.
Cuaca buruk juga berkontribusi terhadap pengetatan suplai di Indonesia karena musim hujan yang berkepanjangan serta keterlambatan pasokan alat berat. Para penambang di Indonesia juga sulit mengatasi peningkatan jumlah kasus Covid-19 di antara para pekerja garis depan.
Sementara pada pasar batu bara metalurgi di kuartal II-2021 mendapatkan dukungan kuat dari pasar China maupun di luar China (India, Jepang, Korea Selatan, dan Eropa). Hal ini didorong oleh stimulus pemerintah yang mencatat rekor tertinggi serta dibukanya kembali kegiatan ekonomi global, sehingga mendorong peningkatan produksi baja global dengan China.
Di sisi lain, kelangkaan batubara yang berasal dari Australia dan luar Australia (Mongolia dan Amerika Serikat) meningkat pada periode ini. Dengan kondisi suplai yang sulit memenuhi permintaan yang tinggi di pasar China maupun luar China, harga batubara metalurgi seaborne naik signifikan dibandingkan kuartal maupun tahun sebelumnya.
Baca juga: BEI dkk Ajak Investor Transaksi di Pasar Modal pada 9 Agustus, Ada Apa?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.