Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Para Perintis Kedirgantaraan

Kompas.com - 21/09/2021, 13:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIDAK banyak yang mengetahui bahwa pada tahun 1950 Indonesia mengirim 60 anak muda berusia sekitar 20 – 22 tahun ke Amerika Serikat berlatih mengikuti pendidikan pilot. Para pemuda ini menjalani pendidikan penerbangan sipil di TALOA Academy of Aeronautic, California Amerika Serikat.

Banyak cerita menarik dari perjalanan para pemuda ini selama mengikuti pendidikan di Amerika seperti tertuang dalam buku biografi Saleh Basarah dan buku Kepak Sayap The 60 Taloans.

Minat para pemuda Indonesia untuk menjadi Pilot di tahun 1950 ternyata cukup besar. Dengan keterbatasan sarana media komunikasi saat itu, pengumuman lowongan kesempatan untuk menjadi pilot hanya dilakukan melalui surat kabar yang jumlahnya masih terbatas dan RRI (Radio Republik Indonesia).

Pengumuman dikeluarkan oleh Kementrian Pertahanan Markas Besar Angkatan Udara pertengahan bulan Juli 1950.

Baca juga: Registrasi Drone dan Pilot Drone Kini Bisa Online Lewat Sidopi

Walau sarana media terbatas, ternyata pelamar yang datang sangat banyak, yaitu mencapai ratusan jumlahnya. Jangka waktu pendaftaran hanya berlangsung 10 hari yaitu sampai dengan tanggal 15 Agustus 1950. Mereka berdatangan dari seluruh Indonesia, walau tentu saja sebagian besar berasal dari pulau Jawa. Pendaftaran dilakukan di Markas Besar Angkatan Udara yang ketika itu berlokasi di jalan Merdeka Barat Jakarta Pusat.

Diceritakan oleh Saleh Basarah dalam bukunya bahwa dari ratusan pemuda yang datang melamar akhirnya lulus 48 orang. Pada tahap akhir menjelang keberangkatan para calon pilot ini ditambah 5 perwira dan 7 kadet Angkatan Udara yang berasal dari sekolah pilot di Kalijati hingga genap menjadi 60 orang.

Tentu saja tujuh kadet itu sangat beruntung dan sama sekali tidak pernah menduga sebelumnya bahwa mereka akan pindah sekolah pilot dari Kalijati ke Kalifornia. Rombongan 60 calon pilot tersebut berangkat dari lapangan terbang Kemayoran Jakarta pada tanggal 16 November tahun 1950.

Kepala Staf Angkatan Udara Pak Soeryadarma sendiri yang mengantar keberangkatan para calon pilot yang berbaris rapi mengenakan seragam kadet penerbang AURI.

Pak Soeryadarma memperkenalkan Pak Makki Perdanaksuma sebagai pimpinan rombongan. Sebabnya adalah Pak Makki adik dari Halim Perdanakusuma yang ketika itu termasuk dalam rombongan calon pilot, sudah berstatus sebagai Perwira Angkatan Udara.

Rombongan calon pilot Indonesia berangkat ke Amerika Serikat menggunakan pesawat Douglas DC-4 United Airlines. DC-4 adalah pesawat penumpang modern pada zamannya, bermesin piston 4 buah keluaran pabrik pesawat terbang Douglas Aircraft Company.

Baca juga: Menhub Minta Pilot dan Pramugari Promosikan Keamanan Penerbangan Lewat Media Sosial

Sebanyak 60 calon pilot menempuh pendidikan selama 1 tahun dan beberapa di antaranya tinggal beberapa bulan lagi untuk melanjutkan pendidikan sebagai instruktur. Mereka inilah yang dicatat sebagai bagian dari perintis dirgantara yang berkiprah sebagai pilot di Indonesia.

Sebagian besar menempuh karier di Angkatan Udara dan sebagian lainnya di penerbangan sipil. Demikian pula ada sebagian yang selesai ikatan dinasnya di Angkatan Udara meneruskan karier di penerbangan sipil.

Pengiriman sejumlah pemuda Indonesia untuk dididik menjadi pilot adalah sebuah terobosan yang diprakarsai Soeryadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara. Inisiatif ini muncul dari sebuah kenyataan ketika itu, Indonesia menerima sejumlah pesawat terbang selesai penyerahan kedaulatan dan tidak atau belum memiliki pilot yang cukup untuk mengawakinya.

Ide itu yang menyebabkan dipilihnya sekolah pilot sipil di Amerika Serikat yang dapat menghasilkan pilot siap pakai dalam waktu singkat yaitu lebih kurang 1 tahun dengan standar internasional.

Bagi mereka kemudian yang menempuh jenjang karier di Angkatan Udara, baru menempuh latihan dasar kemiliteran setelah selesai pendidikan di Amerika Serikat. Mereka inilah pionir dari sedikit jumlah pilot Indonesia yang ada saat Republik Indonesia baru berusia 5 tahun sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945.

Ada tiga lulusan TALOA berhasil menjadi Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia yaitu Sri Mulyono Herlambang, Omar Dani, dan Saleh Basarah.

Beberapa menduduki jabatan strategis, satu antara lain sang kepala rombongan Makki Perdanakusuma dengan pangkat Marsekal Muda menjabat sebagai Deputi Menteri bidang khusus di tahun 1966. Kemudian Komodor Udara A Andoko sempat menjabat Deputi Logistik MenPangau.

Sementara yang lainnya berkarier di dunia penerbangan sipil, di antaranya Ignatius Dewanto pilot Mustang AURI yang menembak jatuh Allan Pope pilot CIA yang membantu Permesta, menjalani masa pensiunnya sebagai pilot penerbangan charter di Sumatera Utara.

Ide Soeryadarma untuk segera menghasilkan para pilot untuk Indonesia dalam waktu singkat ditindak lanjuti oleh Wiweko, sang legenda pencetus rancangan kokpit 2 pilot bagi pesawat terbang sipil modern yang sekarang digunakan penerbangan komersial di seluruh dunia.

Beliaulah yang menjajaki ke TALOA tentang kemungkinan terselenggaranya pendidikan bagi 60 anak muda Indonesia untuk menjadi pilot professional merujuk kepada standar global.

September 1951 para kadet TALOA sempat dijenguk di asrama mereka oleh Menteri Luar Negeri RI Mr Soebardjo yang di dampingi oleh Mr Mohammad Yamin dan Dr Palar. Betapa bangganya anak anak muda yang tengah menempuh pendidikan nun jauh dari tanah airnya di tengok oleh pejabat tinggi pemerintah Indonesia.

Itulah sekelumit kisah menarik dari 60 anak muda Indonesia yang telah menjadi pelopor dunia kedirgantaraan nasional. Mereka semua merupakan bagian dari para perintis penerbangan sipil dan militer di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com