Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Bergerak Positif pada Awal Perdagangan, Rupiah Justru Melemah

Kompas.com - 29/09/2021, 09:29 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak pada zona hijau di awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (28/9/2021). Hal ini berbeda dengan kurs rupiah yang justru melemah pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 09.10 WIB, IHSG berada pada level 6.123,15 atau naik 10,04 poin (0,16 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.113,11.

Sebanyak 141 saham melaju di zona hijau dan 256 saham di zona merah. Sedangkan 172 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,31 triliun dengan volume 3,2 miliar saham.

Pagi ini bursa saham asia merah dengan penurunan Hang Seng Hong Kong 0,77 persen, Shanghai Komposit 1,22 persen, Nikkei 2,59 persen, dan Strait Times 0,11 persen.

Sementara itu, Wall Street sudah ditutup merah dengan penurunan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) 1,6 persen, indeks S&P 500 teperosok 2,04 persen, dan indeks acuan saham teknologi AS, Nasdaq terkoreksi 2,83 persen.

Baca juga: Dorong Pengembangan UKM, Ninja Xpress Gandeng Pemerintah hingga Google

Sebelumnya, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melemah pada Rabu (29/9/2021). Jika itu terjadi, IHSG diperkirakan bakal melanjutkan pelemahan setelah ditutup melemah pada Selasa (28/9/2021) di level 6.113,11, atau turun 9,38 poin (0,15 persen).

“IHSG diprediksi melemah. Pergerakan masih dibayangi kekhawatiran tapering (The Fed), kenaikan yield US treasury serta minimnya sentimen dari dalam negeri,” kata Dennies dalam rekomendasinya.

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir Bloomberg pukul 09.08 WIB, rupiah bergerak pada level Rp 14.314 per dollar AS, atau turun 42 poin (0,29 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 14.272 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terdorong oleh kenaikan yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun menyentuh level tinggi baru sejak 17 Juni 2021 di 1,55 persen. Kenaikan yield AS tersebut mendorong penguatan dollar AS.

“Nilai tukar rupiah kemungkinan bakal berakhir melemah lagi hari ini karena yield obligasi pemerintah AS kembali menunjukkan kenaikan. Kenaikan yield ini sebagai antisipasi pelaku pasar terhadap peluang tapering yang akan dilakukan di akhir tahun ini dan kemungkinan percepatan jadwal kenaikan suku bunga acuan AS,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Imbas dari ekspektasi akan tapering juga terlihat dari penurunan indeks saham Asia pagi ini mengikuti penurunan dalam indeks saham AS semalam. Hal ini juga menambah tekanan ke nilai tukar emerging termasuk rupiah lantaran pelaku pasar terlihat berupaya keluar dari aset berisiko.

Ariston memproyeksikan hari ini rupiah bisa bergerak melemah pada kisaran Rp 14.300 per dollar AS hingga Rp 14.320 per dollar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.250 per dollar AS.

Baca juga: Cara Mencegah Kebocoran Data Pribadi Pengguna Aplikasi Belanja Online

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Mengenal Mata Uang Kanada, Salah Satu yang Paling Stabil di Dunia

Whats New
Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Inggris Dukung dan Berbagi Pengalaman untuk Keanggotaan Indonesia di CPTPP

Whats New
Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Menaker: Serikat Pekerja Nuntut Kenaikan Upah, Kami Tuntut Kenaikan Kompetensi

Whats New
Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Bea Cukai, Dulu Tenar Jadi Sarang Pungli, Sempat Dibekukan Soeharto

Whats New
Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Emiten GPS PT Sumber Makmur Sasar Pasar Pembayaran Tol Tanpa Setop MLFF di RI

Whats New
Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Ini Alasan Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Mata Uang Denmark, Pakai Euro atau Krone?

Whats New
Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Menaker: Kami Tolak Upah Murah dan PHK Sepihak

Whats New
Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Walau Pendapatan Turun, PT Timah Bukukan Kenaikan Laba Per Kuartal I 2024

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

OJK Cabut Izin Usaha PT BPR Dananta Kabupaten Kudus

Whats New
Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Di Perda Klungkung, Justru Bukan Warung Madura yang Dilarang Buka 24 Jam, tapi Ritel Modern

Whats New
Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Harga BBM Vivo dan BP Kompak Naik Per 1 Mei 2024, Cek Rinciannya!

Whats New
Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Gerakan Serikat Buruh Minta Prabowo Cabut UU Cipta Kerja, Ini Alasannya

Whats New
Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Emiten Menara Telko Tower Bersama Catatkan Pendapatan Rp 1,7 Triliun Per Kuartal I 2024

Whats New
Kinerja 2023 'Kinclong', Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Kinerja 2023 "Kinclong", Emiten TI ATIC Sasar Pasar Baru Konsultasi Cloud pada 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com