"Kami hadir untuk melakukan respon terhadap aturan dalam rangka menjawab apa yang diinginkan oleh para pelaku usaha," ujar Bahlil.
Dia menambahkan, Indonesia kini mulai berupaya mengembangan energi ramah lingkungan atau green energy. Salah satu fokusnya adalah kebijakan investasi khususnya menyangkut dengan kendaraan listrik.
"Sebab kita tahu, bahan baku dari baterai mobil sebagian besar ada di Indonesia, kobalt dan mangan setelah lithiumnya. Secara kebetulan, Indonesia mempunyai cadangan nikel dunia sebesar 20 persen sampai 24 persen dan ini semuanya ada di Indonesia," ucap dia.
Baca juga: Simak Strategi Cuan Investasi di Penghujung Tahun 2021
Dengan membangun pabrik baterai di Indonesia, sambung Bahlil, maka akan memberi nilai tambah bagi para investor asing serta efisiensi biaya produksi.
Terlebih kini, RI sedang meningkatkan pembangunan energi listrik yang ada di Papua dan Kalimantan.
Jika industri baterainya dibangun di Indonesia, ia meyakini hal ini memberikan nilai tambah dan biaya produksinya lebih efisien.
"Terkait dengan energi kita di Indonesia mempunyai potensi energi baru terbarukan yang sangat luar biasa mempunyai 12.000 megawatt yang ada di Kayang, Kalimantan Utara, mempunyai 23.000 MW untuk PLTA di Papua," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.