Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi ke PM Inggris soal EBT: Kalau Hanya Ngomong Saja, Saya Juga Bisa

Kompas.com - 22/11/2021, 19:06 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka-bukaan mengenai perbincangannya dengan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson terkait transisi menuju energi baru terbarukan (EBT).

Hal ini diungkap Jokowi ketika mengulas mahalnya biaya transisi energi. Persoalan ini menurut Jokowi sudah berkali-kali dibicarakan dalam berbagai kesempatan.

“Pada saat kita di G20 maupun di COP26 Glasgow, kita hanya berkutat berbicara mengenai bagaimana skenario global untuk masuk ke transisi energi,” ungkap Jokowi ketika membuka the 10th Indonesia EBTKE ConEx 2021, Senin (22/11/2021).

Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru, Jokowi Ingin PPKM Level 3 Berlaku di Seluruh Daerah

Jokowi menambahkan, tahun lalu sebetulnya tema ini juga sudah dibahas, namun belum juga menemui solusi terkait skema yang bisa diterapkan untuk menambal mahalnya biaya transisi energi.

“Dijanjikan 100 miliar dollar AS, tetapi keluarnya dari mana juga belum ketemu. Saya sendiri ditanya waktu di G20 maupun oleh PM Boris Johnson,” imbuh Kepala Negara.

Lebih lanjut, Jokowi lantas mengungkap detail perbincangan para pemimpin dunia tersebut. Jokowi juga mengungkap jawabannya ketika menerima pertanyaan terkait hal ini.

“Kalau untuk net zero emission, Indonesia nanti di 2060. Kok enggak bisa maju, yang lainnya 2050?” ucap Jokowi menirukan pertanyaan PM Inggris Boris Johnson kepadanya.

Baca juga: Jokowi Masih Cari Skema Transisi Energi agar Tarif Listrik Tidak Naik

“Ya enggak apa-apa, yang lain-lain kalau hanya ngomong saja juga bisa, saya juga bisa,” tandas Jokowi mengulangi jawaban yang pernah ia sampaikan kepada Boris Johnson.

Jokowi kemudian mempertanyakan, roadmapnya seperti apa? Peta jalannya seperti apa? Pertanyaan ini masih terkait realisasi transisi energi dari batu bara ke EBT.

Menurutnya, Indonesia sendiri sebetulnya memiliki kekuatan yang sangat besar mengenai renewable energy ini.

Ia menyebut ada potensi EBT 418 gigawatt di Indonesia, baik itu dari hydropower, geotermal, bayu, solar panel, biofuel, arus bawah laut, dan yang lain-lainnya.

“Potensinya sangat besar sekali, tetapi kita harus ingat dan para pemimpin dunia juga saya sampaikan. Tapi kita ini sudah lama dan sudah tanda tangan kontrak, PLTU-nya sudah berjalan, memakai yang namanya batu bara,” bebernya.

Baca juga: Bos PLN Klaim Tarif Listrik RI Termurah se-ASEAN, Bagaimana Faktanya?

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengungkapkan, inilah PR besar Indonesia dalam rangka transisi energi. Ia khawatir PR ini terus terulang, termasuk dalam G20 tahun depan di Bali, Indonesia.

“Dan pertanyaan saya nanti, saya tidak ingin, saya enggak mau Bapak-Ibu semuanya cerita pemimpin, saya akan ngomong ke semua pemimpin G20. Saya tidak mau kita bicara lagi kayak dua tahun yang lalu, kayak setahun yang lalu,” ucapnya.

“Saya ingin pertanyaannya ini. Ada kebutuhan dana sekian, caranya, scheme-nya, apa yang bisa kita lakukan? Kalau ada, berarti bisa menyelesaikan transisi energi. Kalau ndak, ya kita enggak usah bicara. Pusing, tapi enggak ada hasilnya,” seru Jokowi.

Baca juga: Bos PLN Sebut Tarif Listrik di Indonesia Paling Rendah se-Asia Tenggara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com