Oleh: Gabriella Thohir
FONDASI kuat dari sebuah perusahaan rintisan (startup), bukan semata-mata tentang inovasi atau solusi yang ditawarkan saja. Masih banyak faktor penting lain yang perlu diperhatikan pendiri, salah satunya soal pendanaan. Walaupun bukan jawaban atas semua permasalahan bisnis, seretnya modal atau pendanaan hampir pasti akan berdampak pada eksekusi ide dan strategi bisnis.
Ada berbagai metode yang dapat ditempuh para pendiri startup untuk mengumpulkan dana. Umumnya, setiap metode memiliki peranan berbeda pada tahap pertumbuhan perusahaan dengan hasil yang berlainan juga. Semakin tinggi tahap yang dicapai perusahaan rintisan, semakin besar juga jumlah pendanaan yang dapat diperoleh. Inilah yang harus diketahui oleh setiap pengusaha pemula tentang sistem pemodal ventura (VC).
Pengusaha startup tidak hanya akan mengumpulkan dana bantuan atau mendapatkan pinjaman dalam satu kali waktu saja. Hal ini karena startup identik dengan sifatnya yang sering ‘bakar uang’ atau bahkan merugi, maka dari itu penggalangan dana harus terus dilakukan secara berkala.
Faktanya, semakin berkembangnya perusahaan, mereka akan kembali mengumpulkan lebih banyak modal. Proses akumulasi modal bisnis dalam perusahaan rintisan ini kerap dijuluki sebagai putaran pendanaan (fundraising rounds).
Setiap putaran dirancang untuk memberi pengusaha modal yang cukup untuk mencapai tonggak bisnis berikutnya. Biasanya para pendiri startup akan memperdagangkan ekuitas yang dimiliki perusahaan mereka sebagai modal yang dapat digunakan untuk naik level.
Jangka waktu sisa ketersediaan dana (runway) antara putaran satu dengan yang selanjutnya itu dapat dilakukan dalam kurun waktu enam hingga 12 bulan (Cremades, 2018).
Namun, proses memperoleh pendanaan itu pun tak mudah. Tidak sedikit pendiri perusahaan rintisan kesulitan untuk menyampaikan ide dan rencana bisnis, sekaligus meyakinkan para investor untuk berinvestasi. Salah satunya karena banyak kasus gagal yang dialami perusahaan rintisan setelah pendanaan awal.
Hal ini diperkuat oleh penelitian Garg & Shivam (2017) yang menemukan bahwa tingkat keberlangsungan perusahaan rintisan setelah terjun ke pasar relatif sangat rendah. Meskipun berhasil memperoleh pendanaan awal, tetapi kurangnya perencanaan menyebabkan mereka gagal mempertahankan bisnisnya. Oleh karena itu, investor cenderung berhati-hati saat berinvestasi, khususnya pada perusahaan rintisan yang belum memiliki traksi bisnis yang cukup meyakinkan.
Tak heran, akhirnya banyak perusahaan rintisan lebih memilih berpartisipasi dalam putaran pendanaan VC. Tahap putaran pendanaan VC dianggap lebih menjanjikan bagi pengusaha dengan sedikit atau tanpa riwayat operasional untuk mengamankan modal awal guna meluncurkan bisnis mereka.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.