Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Magang Bagi Mahasiswa agar Tak Sekadar Jadi Tukang Fotokopi dan Digaji Minim

Kompas.com - 18/01/2022, 13:19 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dosen Universitas Trunojoyo Wahyudi Agustiono menuturkan bahwa memilih tempat magang jadi tantangan tersendiri.

Terkadang menurut dia, ada mahasiswa yang magang di tempat tidak layak atau digaji minim.

Ada pula kasus dimana mahasiswa juga tidak memperoleh ilmu dari proses magang karena hanya ditugaskan sebagai tukang fotokopi.

Baca juga: Kerap Jadi Syarat Kelulusan, Apa Itu Magang?

 

Sehingga kualitas lulusan magang tidak sesuai dengan capaian pembelajaran yang diharapkan kampus.

“Untuk mendapatkan nilai dan hasil kegiatan yang bermanfaat, perguruan tinggi perlu bekerja sama atau memilih tempat magang yang tepat. Jangan di tempat-tempat yang zonk (tidak bonafit) sehingga output yang didapatkan saat di tempat magang tersebut bisa seimbang,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (18/1/2022).

Baca juga: Buat Mahasiswa, BRI Kembali Buka Program Magang

Dalam kesempatan webinar tersebut, dirinya juga membagikan tips bagi civitas akademika untuk menyusun kurikulum dan rancangan pembelajaran semester dalam rangka menyukseskan magang para mahasiswa.

Baca juga: Uni Emirat Arab Buka Lowongan Magang bagi Perawat, Paramedis dan Asisten Kesehatan

Tips Sukses Magang

1) Siapkan Kegiatan yang Relevan, Jangan Asal Magang

Supaya program magang di perguruan tinggi bisa berjalan dengan lancar maka dosen perlu berperan dalam menyiapkan kegiatan mahasiswa yang relevan.

Misalnya, mengarahkan agar magang sesuai dengan keilmuan yang dipelajari di kampus atau sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa.

Jangan sampai magang dilakukan mahasiswa hanya dilakukan sekadar untuk ikut-ikutan. Karena magang sebagai pelatihan kerja, adalah kegiatan yang cukup panjang dan melelahkan. Selain itu, magang tidak hanya bertujuan untuk cari uang, namun juga memperoleh ilmu dan kesempatan praktek lapangan.

“Terdapat delapan program MBKM, termasuk magang, yang diberikan sebagai hak kepada mahasiswa untuk memilih program tersebut. Namun tentunya kampus dan dosen perlu menyertai dengan arahan yang terbaik. Misalnya mahsiswa Teknik Informatika, kita arahkan untuk magang di bidang pemrograman,” kata dia.

2) Temukan Perusahaan Bonafit sebagai Tempat Magang

Kesuksesan dalam belajar ketika magang juga dipengaruhi oleh industri tempat mahasiswa bekerja itu sendiri.

Ketika kampus dan mahasiswa berhasil memilih perusahaan bonafit maka perusahaan tersebut bisa menghadirkan pembelajaran dalam magang yang baik.

Selain itu, perusahaan yang bonafit juga akan mampu untuk memberikan uang saku kepada mahasiswa sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Di sinilah peran penting kampus dan mahasiswa untuk melakukan filter dan seleksi mitra industri. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), juga sudah memiliki kerja sama resmi magang di Kampus Merdeka dengan ratusan industri yang bisa jadi pilihan para mahasiswa untuk magang. Sehingga yang dijadikan lokasi magang para mahasiswa bukan tempat abal-abal.

“Misalnya ketika saya menyusun kerja sama magang Kampus Merdeka antara Universitas Trunojoyo Madura dengan SEVIMA, saya mempelajari dulu seputar proses bisnis dan peluang belajarnya. Bahkan aturan seputar gaji magang yang sempat viral di media-media bahwa Dosen dan Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura ketika magang di SEVIMA akan memperoleh gaji hingga Rp 15 juta per bulan untuk jabatan Product Manager, itu tertulis dalam perjanjian kerja sama. Jadi, pilih mitra magang dengan sebaik-baiknya,” lanjut Wahyudi.

3) Membuat Panduan Kurikulum yang Jelas di Kampus

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan salah satu program baru di dunia pendidikan sehingga persiapan di tingkat kampus menjadi sangat penting. Kampus perlu memberi panduan yang jelas kepada mahasiswa, apa yang perlu dilakukan, apa yang tidak, bagaimana proses penilaiannya, diakui sebagai berapa kredit semester (SKS), bagaimana pelaporannya ke Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDDikti)

Langkah terbaik dalam penyusunan panduan kurikulum, menurut Wahyudi, adalah musyawarah dan penggunaan fasilitas online seperti sistem akademik berbasis awan (Siakadcloud). Dengan demikian, pelaporan dan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara otomatis dan berbasis data.

“Dalam beberapa kasus, ada kampus tidak rela jika magang mahasiswa selama beberapa bulan, terlebih lagi di tempat magang yang tidak tepat, dikonversi (diberi nilai) sejumlah 20 SKS. Hal ini sangat wajar, karena memang setiap kebutuhan program studi berbeda, sehingga baiknya dimusyawarahkan dan diambil keputusan berbasis data yang telah dihimpun secara otomatis dan integrasi ketika menggunakan Siakadcloud,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com