Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilainya Terus Tumbuh, Apa Saja Manfaat dari Kerja Sama Transaksi Mata Uang Lokal?

Kompas.com - 17/02/2022, 09:04 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Implementasi transaksi dengan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) menjadi salah satu bahasan utama dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers and Central Bank Governors/FCMBG) negara G20.

Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) mendorong implementasi kerja sama antar negara itu, untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang tunggal, dollar AS.

Pengurangan dari ketergantungan terhadap dollar AS akan memberikan sejumlah manfaat bagi perekonomian suatu negara.

Baca juga: Chatib Basri: Ada Upaya Mata Uang China Jadi Kayak Dollar AS...

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, manfaat utama yang dirasakan dari penerapan LCS ialah, stabilitas sektor keuangan terutama di bidang perdagangan dan investasi antar negara, termasuk Indonesia dengan negara Asia lainnya.

"Target dari implementasi ini adalah untuk mengurangi ketergantungan yang sangat besar pada mata uang, terutama dollar AS," kata dia, dalam rangkaian side event presidensi G20 Indonesia menuju 1st FMCBG, Rabu (16/2/2022).

Di sektor perdagangan, penggunaan LCS membuat dua negara yang bertransaksi tidak perlu mengkonversi mata uang masing-masing ke dollar AS. Bebas konversi membuat biaya yang dikeluarkan pelaku usaha lebih rendah.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, penerapan LCS yang lebih luas juga meminimalkan risiko dari normalisasi kebijakan usai pandemi Covid-19 (exit strategy) dari negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat (AS).

"Penggunaan yang lebih luas dari LCS antar negara sangat relevan dijadikan agenda prioritas dari pertemuan kita di finance track, yaitu exit strategy untuk mendukung pemulihan dana diversifikasi keuangan," ujarnya.

Baca juga: Pengusaha Minta BI Perluas Penggunaan Mata Uang Lokal dengan India hingga Rusia

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menekankan pentingnya diversifikasi penggunaan mata uang untuk memfasilitasi investasi dan perdagangan global bagi negara berkembang guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kerentanan, termasuk potensi dampak sistemik dari guncangan global.

Menurutnya, LCS sebagai salah satu implementasi diversifikasi mata uang dapat mengendalikan volatilitas nilai tukar dan mendukung ekonomi. Pada tahun 2022, transaksi LCS ditargetkan meningkat, setelah tumbuh signifikan di tahun 2021, serta direncanakan akan merambah negara lainnya.

"Pengunaan mata uang lokal untuk memfasilitasi perdagangan dan investasi, akan  mendukung stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Perry,"

BI mencatat, transaksi LCS terus mengalami pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir, bahkan pada tahun lalu nilainya naik dua kali lipat secara tahunan.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, nilai transaksi LCS sepanjang tahun lalu mencapai 2,53 dollar AS atau setara Rp 36,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.330 per dollar AS), meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya, yang hanya mencapai 797 juta dollar AS.

Tren pertumbuhan itu diproyeksi berlanjut pada tahun ini, di mana transaksi LCS ditargetkan tumbuh sebesar 10 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada tahun ini.

Manfaat dari penerapan LCS juga dirasakan oleh perbankan. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menilai, kehadiran LCS telah memberikan ragam manfaat bagi nasabah termasuk kuotasi nilai tukar mata uang asing secara langsung (direct quotation) antara Indonesia dengan negara mitra, serta penyelesaian transaksi yang lebih cepat karena negara mitra berada dalam zona waktu Asia.

Selain itu nasabah juga bisa mendapatkan nilai tukar yang kompetitif dan biaya yang ringan, serta terdapat pula relaksasi regulasi dalam melakukan transaksi jual beli valuta asing dalam mata uang ringgit, baht, dan yen terhadap rupiah.

Baca juga: Tembus Rp 36,2 Triliun, Transaksi LCS Ditarget Tumbuh 10 Persen Tahun Ini

"Ke depannya BCA akan terus mendukung bisnis perbankan internasional khususnya terkait transaksi LCS," ujar Jahja.

Lebih lanjut, Jahja melaporkan, transaksi LCS di BCA pun terus mengalami peningkatan. Tercatat pada tahun 2021 transaksi LCS di BCA meningkat di atas 40 persen baik secara nilai transaksi maupun jumlah transaksi.

Dengan melihat dampak-dampak positif implementasi kebijakan tersebut, Jahja mendukung upaya BI untuk memperluas pelaksanaan LCS.

"Adapun beberapa negara yang potensial untuk dijajaki kerjasama LCS adalah Taiwan, Korea dan India," ucap dia.

Sebagai informasi, Indonesia saat ini telah menjalin kerja sama LCS dengan 4 negara, yaitu China (Yuan), Jepang (Yen), Malaysia (Ringgit), dan Thailand (Baht). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com