Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bisnis Parfum Ulat Bulu, dari Modal Rp 1 Juta, Kini Raup Omzet Rp 6 Juta Per Bulan

Kompas.com - 30/03/2022, 06:22 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebutuhan modal menjadi salah satu alasan banyak orang berpikir dua kali untuk mulai berwirausaha. Wajar saja, tidak sedikit orang beranggapan, membuka usaha sendiri membutuhkan biaya yang besar.

Namun, hal itu tidak menjadi pikiran bagi Rika (22). Di usianya yang masih sangat muda, wanita asal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara itu telah memberanikan diri untuk membuka usaha produksi dan penjualan parfum.

Rika menceritakan, bisnisnya itu baru dimulai pada Juni 2021. Ia pun baru memberikan merek pada produk parfumnya pada Oktober di tahun yang sama, dengan nama Ulat Bulu.

Baca juga: Pelni Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Tertarik?

Wanita kelahiran tahun 1999 itu mengaku tertarik menggeluti bisnis parfum sebab kebutuhan akan produk ini menjadi sangat tinggi di kalangan masyarakat.

"Parfum ini banyak digunakan orang. Dan barangnya cepat habis. Kalangan dewasa perlu parfum," ujar Rika kepada Kompas.com, di kawasan Pondok Pesantren Mawaridussalam, Sumatera Utara, Rabu (30/3/2022).

Dalam memulai bisnisnya, Rika mengaku mendapatkan modal dari Bank Wakaf Mikro (BWM) Pondok Pesantren Mawaridussalam. Untuk mengawali bisnis parfum itu, Rika meninjam Rp 1 juta dari BWM tersebut.

Baca juga: Bappenas: Pemindahan Ibu Kota Negara Bukan Semata Pindah Gedung, Cara Kerja Juga Diubah

Setelah mendapatkan pembiayaan tersebut, ia memberanikan diri untuk mulai merintis usahanya. Padahal, ia tidak memiliki pengalaman memproduksi parfum sendiri.

"Waktu itu sempat lihat langsung saja proses pembuatannya. Lalu mulai coba-coba," kata dia.

Adapun saat ini, Ulat Bulu telah memiliki beragam jenis bau parfum yang dikemas ke dalam botol ukuran 20 mili liter (ml) dan 30 ml, di mana masing-masing dijual dengan harga Rp 40.000 dan Rp 60.000.

Baca juga: Kemenhub Ciduk 4 Kapal Ilegal di Batam, 3 Asing dan 1 Lokal

Untuk pemasaran parfumnya, Rika mengaku mengandalkan reseller. Ini dilakukan untuk memperluas jangkauan penjualan produk ke berbagai daerah.

Pada saat bersamaan, parfum-parfum itu juga dipasarkan melalui platform media sosial Facebook.

"Alhamdulillah dengan pemasaran seperti itu, saat ini sudah bisa menjual rata-rata sekitar 150 botol (parfum) per bulan," kata dia.

Jika dihitung, artinya omzet minimal bisnis parfum Ulat Bulu Rika mencapai Rp 6 juta per bulan.

Ke depannya Rika akan terus melakukan pengembangan dan peningkatan produksi parfumnya. Oleh karenanya, untuk merealisasikan rencana tersebut, Rika berharap nilai pembiayaan BWM dapat ditingkatkan.

Asal tahu saja, BWM hanya dapat menyalurkan pinjaman sebesar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta. Ini dinilai menjadi kendala bagi sejumlah pelaku usaha yang telah berhasil untuk meningkatkan pembiayaannya.

"Harapannya ke depan plafon BWM ditingkatkan ya," ucap dia.

Baca juga: SPBU Shell Modular, Bisnis dengan Investasi SPBU yang Lebih Terjangkau

BWM Ponpes Mawaridussalam telah menyalurkan pembiayaan ke ratusan orang

Selain Rika, BWM Pondok Pesantran Mawaridussalam telah menyalurakn pembiayaan kepada total 426 nasabah, dengan nilai mencapai sekitar Rp 689 juta sejak diluncurkan pada Oktober 2018.

Kepala Bagian Keuangan atau Bendahara BWM Pondok Pesantren Mawaridussalam mengatakan, pembiayaan BWM menjadi menarik bagi masyarakat sekitar pondok pesantren. Sebab, pembiayaan ini tidak memerlukan agunan, dan imbal hasil yang hanya mencapai 3 persen per tahun.

"Alhamdulilah bisa membantu sedikit banyak keuangan masyarakat,” ujar dia.

Meski tidak mensyaratkan agunan, Radiansyah melaporkan, tingkat kredit macet BWM ini terjaga tetap 0 persen. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh pendampingan dan bimbingan yang diberikan pihak BWM kepada calon debitor. 

Baca juga: Disubsidi Pemerintah, Ini Harga Tiket KA Jakarta-Garut dan Cibatu-Garut

Bukan hanya sekadar bimbingan usaha, pendampingan juga diberikan dalam bentuk juga ilmu agama dan aneka pelatihan keterampilan. Dalam proses pendampingan, BWM juga melihat kedisiplinan calon debitur, sehingga mereka bisa menyeleksi pemberian pembiayaan.

"Kami sejak awal sudah selektif. Juga kami ajarkan kalau berhutang tanpa melunasi itu sesuatu yang buruk," ucap Radiansyah.

Pemberian pembiayaan BWM dinilai telah membantu sejumlah nasabah untuk mengembangkan bisnisnya. Ini tercermin dari adanya beberapa nasabah yang tidak lagi mengakses pembiayaan dari BWM, tapi ke bank syariah sebab kebutuhan pembiayaannya lebih besar.

"Ada yang naik kelas (dari BWM ke bank syariah). Kita ajukan ke BSI. Kita arahkan ke sana," katanya.

Melihat tingginya permintaan dan rendahnya tingkat kredit macet, Radiansyah berharap, OJK dapat mempertimbangkan untuk menaikan batas atas penyaluran BWM.

"Saya minta dari OJK supaya BWM bisa dinaikan lebih dari 3 juta," ucap dia.

Baca juga: Sri Mulyani: Negara Hibahkan Aset Rp 488,5 Triliun dalam 3 Tahun Terakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com