Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sederet Fakta, Mengapa Harga BBM di Indonesia Kian Mahal

Kompas.com - 07/04/2022, 08:10 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

"Masyarakat kini mulai merasakan dampaknya dari kenaikan inflasi, kenaikan energi, kenaikan harga bahan pangan. Soal Pertamax, menteri juga tidak memberikan penjelasan apa-apa mengenai ini. Kenapa Pertamax bisa naik? Harusnya ada empati, ini enggak ada, harusnya juga memiliki sense of crisis yang tinggi," kata Jokowi.

Lalu, apa saja sederet fakta di balik kenaikan harga BBM di tanah air?

Baca juga: Pas Harga Minyak Dunia Anjlok, Harga Pertamax Kok Tidak Ikut Turun?

1. Subsidi pemerintah

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengatakan, meskipun ada kenaikan pada BBM jenis Pertamax, namun pemerintah memutuskan untuk memberikan subsidi BBM jenis Pertalite.

"Pemerintah sudah memutuskan ya Pertalite dijadikan subsidi, Pertamax tidak. Jadi kalau Pertamax naik, mohon maaf ya," kata Erick beberapa waktu lalu.

Masih terkait dengan subsidi, Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, realisasi subsidi BBM, elpiji dan listrik akan lebih besar di tahun 2022 dibandingkan tahun 2021. Hal ini karena adanya peningkatan aktivitas masyarakat yang mendorong naiknya volume BBM dan elpiji.

“Tahun 2022, ada lonjakan (subsidi) Rp 11,48 triliun, ini subsidi reguler kita dan juga masih ada sisa pembayaran subsidi untuk tahun 2021 sebesar Rp 10,17 triliun," kata Sri Mulyani.

Di Malaysia, tidak berbeda dengan Indonesia dimana, pemerintah Malaysia juga memberikan subsidi pada produk BBM-nya. Namun bedanya, Indonesia memberikan subsidi pada produk BBM dengan kualitas lebih rendah seperti Solar subsidi dan memberikan kompensasi pada bensin dengan nilai oktan (RON) 88 alias Premium.

Sedangkan Malaysia, langsung memberikan subsidi pada produk bensin dengan kualitas dan nilai oktan lebih tinggi, yakni RON 95, yang secara kualitas oktannya berada di atas Petamax yang memiliki RON 92.

Menteri Keuangan Malaysia Tengku Zafrul Aziz mengatakan, pemerintah Malaysia menghabiskan 2 miliar ringgit untuk menyubsidi bensin dan diesel pada Januari lalu. Nilai subsidi ini meningkat hampir sepuluh kali lipat dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu. Sementara sepanjang tahun 2021, Malaysia menghabiskan 11 miliar ringgit untuk subsidi BBM.

“Dengan skema subsidi negara untuk BBM, masyarakat rentan bisa terbantu dan bisa memacu pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Jadi kenaikan subsidi perlu diimbangi dengan tambahan pendapatan," kata Tengku Zafrul Aziz.

2. Pendapatan

Masalah pendapatan atau gaji pekerja, Malaysia memiliki GDP per kapita yang jauh lebih tinggi daripada Indonesia. GDP per kapita Indonesia adalah sebesar 3.869 dollar AS atau setara dengan Rp 55,57 juta. Sementara GDP per kapita Malaysia tiga kali lipatnya, yakni 10.401 dollar AS atau setara Rp 149,40 juta.

Mengutip The Malaysian Reserve, Malaysia berada di peringkat kelima dalam hal rasio harga bensin paling terjangkau dengan gaji rata-rata setelah mengesampingkan negara-negara Timur Tengah. Di mana satu orang warga Malaysia dapat membeli 1.707 liter bensin dengan satu kali gaji sebulan.

Selandia Baru berada di peringkat keempat dengan 1.852 liter, sedangkan Korea Selatan di peringkat ketiga dengan 1.908 liter. Di tempat kedua adalah Jepang dengan 2.006 liter. Australia menduduki puncak daftar, di mana satu gaji dapat membeli 3.783 liter bensin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com