Saat ini Pertamina Geothermal juga sedang melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan tender Engineering Procurement Construction Commissioning (EPCC) di sejumlah WKP.
Baca juga: Harga Emas Antam Naik Lagi, Tembus Level Rp 1 Juta Per Gram
Kegiatan eksplorasi dan pengembangan dilakukan di WKP Seulawah, Aceh dan Sungai Penuh, Jambi. Sedangkan tender EPCC di WKP Lumut Balai, Sumatera Selatan dengan kapasitas 55 MW dan Hululais, Bengkulu dengan kapasitas 110 MW.
Menurut Harris, selain untuk kelistrikan, panas bumi bisa dimanfaatkan secara langsung untuk berbagai keperluan, di antaranya sektor agrikultur seperti pengolahan teh, pengeringan biji kopi, dan industri gula aren.
“Efisiensi konversi panas bumi yang tinggi, berkisar 80-90 persen merupakan potensi yang sangat baik untuk pemanfaatan secara langsung, termasuk untuk pariwisata,” jelasnya.
Ia mengatakan, Pertamina Geothermal sudah mengembangkan GeoAgro di WKP Kamojang, antara lain untuk sterilisasi cocopeat, media tanam untuk kentang dan juga jamur.
Selain itu, perusahaan juga sedang menjajaki pembukaan kawasan pariwisata geothermal di WKP Lahendong, Tomohon yang memang berlokasi di salah satu tujuan wisata di Sulawesi Utara.
Menurutnya, berbagai pemanfaatan tersebut merupakan upaya perusahaan untuk terus mengembangkan panas bumi dan memastikan implementasi environment, social, and governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi Pertamina Geothermal.
"Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan Pertamina Geothermal pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, khususnya panas bumi," tutup Harris.
Baca juga: Konsultan Hukum: Masalah Unit Link Harus Diselesaikan Satu Per Satu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.