Sedangkan untuk harga batu bara sempat di atas 400 dollar AS per ton pada Maret lalu, padahal rata-rata harga di tahun sebelumnya masih di bawah 200 dollar AS per ton.
Di sisi lain, harga EBT memang masih tinggi. Oleh sebab itu, kata Harris, pemerintah terus berupaya menurunkan harganya agar bisa kompetitif dengan harga listrik dari energi fosil.
"Harga listrik batu bara murah, tapi emisinya juga tinggi. Indonesia memang belum memasukkan biaya lingkungan pada harga listrik,” jelasnya.
Menurut Harris, kalau emisi dari PLTU batu bara juga dihitung, harga listrik dari pembangkit EBT bisa kompetitif. Apalagi, jika semua kebijakan pemerintah sudah diterapkan dan memberikan efek yang signifikan pada harga listrik EBT.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto mengatakan, bahwa perusahaan pengembang panas bumi harus bisa mencapai efisiensi yang tinggi agar harganya bisa kompetitif
Ia bilang, Pertamina Geothermal terus mengembangkan panas bumi dan memastikan implementasi environment, social, and governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi perseroan.
"Penerapan aspek-aspek ESG ini merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, khususnya panas bumi," kata Ahmad.
Baca juga: PLN Gandeng Pertamina Kembangkan PLTP di Lampung dan Sulut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.