Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Anjlok, Petani Biarkan Buah Sawit Siap Panen Membusuk di Pohon

Kompas.com - 26/04/2022, 21:42 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

Henry menambahkan, hasil pajak ekspor dan pengutipan hasil perdagangan internasional bisa digunakan untuk proses transisi pengelolaan sawit dari korporasi ke petani dan negara.

“Luas dan produksi sawit kita harus menghormati dan melindungi kedaulatan pangan negara lain, negara yang mengimpor produksi sawit,” kata dia.

Dampak perang Rusia-Ukraina

Selain menghadapi larangan ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng, turunnya harga CPO dunia juga dipengaruhi konflik di Ukraina. 

Asosiasi Petani Sawit Indonesia (Apkasindo) mulai menyuarakan kesulitan mereka lantaran mulai banyak pabrik pengolah kelapa sawit yang tutup akibat invasi Rusia ke Ukraina. Tutupnya pabrik tersebut, tak pelak membuat para petani sawit yang panen tak dapat mengantongi keuntungan.

Baca juga: 22 Pabrik Kelapa Sawit Tutup, Petani Teriak Butuh Uang dan Kompensasi Harga Pupuk

"Sejumlah pabrik kelapa sawit di 22 provinsi tutup dengan akibat sawit petani tidak bisa diolah. Truk-truk berisi sawit antre di pabrik-pabrik kelapa sawit yang tutup," ungkap Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat Manurung dalam keterangannya.

Ditambah lagi, harga pupuk kelapa sawit katanya melejit sehingga membuat petani sawit makin resah. Padahal lanjut Gulat Manurung, harga jual minyak mentah kelapa sawit lagi moncer.

Untuk mengatasi kesulitan para petani sawit, Apkasindo berharap pemerintah mau mengabulkan permintaan petani sawit untuk memberikan subsidi pupuk yang kini harganya menguras kantong. Meski tak disebutkan detil harga jual pupuk non-subsidi untuk kelapa sawit di pasaran.

"Petani resah dan bisa rusuh kalau tidak ada solusi. Ini menjelang Lebaran, petani butuh uang. Harga sawit sedang bagus dan mereka butuh mengompensasi harga pupuk yang naik tajam karena masalah logistik global dan seretnya pasokan akibat perang Ukraina-Rusia," ungkap dia.

Baca juga: Pengusaha Siap Pasok Pupuk Subsidi ke Petani Sawit, asal...

Biarkan buah sawit membusuk

Sementara itu, para petani di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, sengaja tidak memanen kelapa sawit dan membiarkannya membusuk di pohon.

Menurut Jaurat Nainggolan, seorang petani kelapa sawit di Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, hal itu dilakukan lantaran harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit anjlok hingga Rp950 per kg.

"Ada puluhan hektar kebun sawit yang buahnya siap panen, tidak dipanen petani karena tidak kembali modal panen," kata Jaurat seperti.

Menurutnya, harga saham TBS anjlok dalam sepekan terakhir. Padahal sebelumnya, harga TBS sempat mencapai level tertingginya, yaitu Rp 3.200 per kg, tepatnya pada Maret dan awal April.

Baca juga: Petani Sawit Dukung Langkah Jokowi Hentikan Ekspor CPO

Ia pun menyayangkan jatuhnya harga buah sawit, apalagi sekarang menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Asmadi, petani sawit asal Kecamatan Ilir Talo, Seluma, mengatakan, petani membatalkan panen buah sawit karena tak ada dana. Sedangkan buah yang terlanjur dipanen, terpaksa dijual dengan harga murah pada pengepul.

"Bagi buah yang telanjur dipanen maka dijual murah. Sementara buah yang belum dipanen, dibiarkan membusuk di batang," ucap Asmadi.

Ia menyampaikan, mulai Rabu 27 April 2022 besok, semua pabrik kelapa sawit di Provinsi Bengkulu tutup alias berhenti beroperasi hingga setelah Lebaran.

Baca juga: Jokowi Keluarkan Larangan Ekspor Minyak Goreng, Ini Respon Pengusaha Kelapa Sawit

(Penulis: Ade Miranti Karunia, Elsa Catherina, Firmansyah | Editor: Akhdi Martin Pertama, Erlangga Djumena, Reni Susanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com