Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Epidemiolog Puji Upaya Kementan Tangani PMK di Indonesia

Kompas.com - 24/05/2022, 17:05 WIB
A P Sari

Penulis

KOMPAS.com – Epidemiolog asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Ewaldus Wera mengapresiasi upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menangani penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia.

Upaya itu, kata Ewaldus, salah satunya melalui pengaturan lalu lintas hewan ternak dari satu daerah ke daerah lainnya.

“Upaya pencegahan dari pemerintah saat ini sudah sangat tepat, mengingat penularan PMK bisa melalui kontak langsung melalui udara,” tutur Ewaldus, dikutip dari keterangan pers resminya, Selasa (24/5/2022).

Menurutnya, pemerintah telah menjalankan tugasnya dengan baik. Terutama yang berkaitan dengan pengawasan lalu lintas ternak dari daerah yang terinfeksi ke daerah lainnya.

Baca juga: Soal Kemungkinan PPKM Dihapus, Menko PMK: Tunggu Perintah Presiden

"Namun pengawasan ini perlu dukungan dan partisipasi dari masyarakat juga," ujar Doktor bidang Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner Wageningen University tersebut.

Ia pun berharap pemerintah bisa segera menyelesaikan pembuatan vaksin dalam negeri untuk mengurangi risiko penularan yang lebih besar.

“Saya sangat setuju kalau vaksin berasal dari produksi dalam negeri. Vaksin yang ada nanti juga harus sesuai dengan serotipe wabah,” tuturnya.

Lebih lanjut, Ewaldus menghargai usaha para peternak dalam meningkatkan imun hewan ternak mereka melalui berbagai racikan bahan alami.

Baca juga: Jumlah Hewan Terjangkit PMK Lombok Tengah Melonjak Jadi 1.285, Dinas Bahas SOP Hewan Kurban

Menurut dia, racikan dari bahan alami bermanfaat untuk memperkuat imun hewan, sehingga tubuh mereka mampu melawan virus.

Meski demikian, Ewaldus mengingatkan peternak agar tidah hanya mengandalkan racikan alami untuk mencegah penularan PMK.

Sebab, sebut dia, racikan itu hanya mengobati infeksi sekunder dan tidak mengurangi jumlah virus yang menginfeksi hewan ternak.

“Jika ada yang sembuh, bukan berarti sembuh dari PMK. Itu hanya sembuh lukanya saja. Sedangkan virusnya mungkin masih ada potensi menyebarkan virus ke ternak lain yang masih sehat," ujarnya.

Baca juga: Ada Suspek PMK, Seluruh Pasar Hewan di Kabupaten Magelang Tutup 14 Hari

Oleh karenanya, Ewaldus mengingatkan bahwa pengetatan lalu lintas ternak sangat penting untuk mencegah penularan ke daerah-daerah yang masih bebas wabah.

“NTT adalah salah satu daerah ternak dan masih bebas, kami berharap pemerintah melakukan penguatan terhadap pengawasan ini,” pinta Ewaldus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com