KOMPAS.com - Polemik mahalnya harga minyak goreng tampaknya belum akan mereda dalam waktu dekat. Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja menunjuk Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan untuk membereskan masalah ini.
Harga minyak goreng kemasan masih dibanderol di kisaran Rp 25.000 per liter, atau melonjak nyaris dua kali lipat dibandingkan harga setahun lalu.
Sementara minyak goreng curah yang harganya relatif lebih rendah, sampai saat ini masih sulit ditemukan di pasaran di sejumlah daerah.
Bak pepatah ayam mati di lumbung padi, meroketnya harga minyak goreng di Indonesia ini jadi ironi, mengingat negara ini adalah pengekspor minyak sawit, bahan baku utama minyak goreng, terbesar secara global.
Baca juga: Ini 3 Konglomerat Sawit RI yang Pilih Berkantor Pusat di Singapura
Di sisi lain, keberadaan sawit selalu dikaitkan dengan deforestasi hutan tropis. Bahkan kebakaran hutan yang rutin terjadi setiap tahun di Indonesia, juga kerapkali disangkut-pautkan dengan pembukaan lahan kelapa sawit baru.
Dikutip data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hutan tropis di Indonesia terus menerus berkurang dari tahun ke tahun. Banyak lahan hutan dibuka, baik untuk Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) maupun peruntukan Pelepasan Kawasan Hutan.
Sebagai informasi, IPPKH adalah izin yang diberikan untuk menggunakan kawasan hutan dari pemerintah untuk keperluan tambang maupun non-tambang seperti lahan jalan tol, jalan umum, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, migas, dan geothermal.
Sementara Pelepasan Kawasan Hutan adalah izin perubahan peruntukan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi menjadi bukan kawasan hutan, salah satunya untuk perkebunan kelapa sawit.
Baca juga: Apa Benar Luhut Juga Punya Bisnis Kelapa Sawit?
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), selama 2014-2018, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,89 persen.
Penyusutan kebun sawit hanya terjadi pada tahun 2016 ketika luas kebun kelapa sawit sedikit mengalami penurunan sebesar 0,5 persen atau berkurang seluas 58.811 hektar.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.