Kejayaan Merpati Nusantara Airlines mulai meredup setelah Indonesia dilanda krisis moneter 1997 yang berujung tumbangnya Orde Baru di tahun 1998.
Dampaknya, Merpati Nusantara Airlines memangkas sejumlah rute dan mengurangi armada mereka.
Masalah finansial dan beban utang serta hadirnya maskapai-maskapai baru kian memperberat langkah Merpati Nusantara Airlines saat memasuki era millennium.
Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi
Puncaknya, Merpati Nusantara Airlines harus menghentikan operasional mereka sejak 1 Februari 2014. Nasib Merpati Nusantara Airlines, memperpanjang daftar maskapai nasional yang tutup buku (Merpati bangkrut).
Menyusul Sempati Air, Bouraq, Jatayu Airlines, Adam Air, Indonesia Airlines dan Batavia Air.
Merpati Nusantara Airlines kini hanya menyisakan bisnis Maintenance Repair and Overhaul (MRO), Training Center, dan kargo.
Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Merpati Airlines memang sudah seharusnya dilikuidasi atau dibubarkan.
Baca juga: Bisakah Mencantumkan Gelar Akademik di KTP?
Maskapai berpelat merah itu pun sudah masuk dalam daftar 7 BUMN yang akan dibubarkan dan dalam penanganan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA.
"Intinya dari 7 perusahaan yang sudah ditargetkan ditutup, ya salah satunya Merpati. Pokoknya sudah ditugaskan untuk PPA fungsinya memperbaiki perusahaan yang kurang baik," terang Erick di kawasan DPR RI.
"Melikuidasi perusahaan yang sudah seharusnya dilikuidasi, apalagi yang sudah tidak beroperasi dari tahun berapa," ujar Erick lagi.
Merpati Airlines sendiri, diketahui sudah tidak beroperasi sejak 2014. Bahkan, sertifikat pengoperasian atau Air Operator Certificate (AOC) Merpati Airlines, yang merupakan syarat utama maskapai untuk terbang, telah dicabut di tahun 2015.
Baca juga: Apa Itu Emas UBS?
Erick Thohir menilai, membiarkan perusahaan yang beroperasi tanpa kejelasan merupakan hal buruk bagi pegawai perusahaan tersebut, maka dengan menutup Merpati Airlines diharapkan bisa segera menyelesaikan persoalan yang pada perusahaan tersebut.
"Jangan sampai kita zalim pada para pekerja yang terkatung-katung, lebih baik diselesaikan," kata dia.
Ia mengatakan, terkait aset-aset yang dimiliki Merpati Airlines, jika memang masih ada yang memungkinkan untuk dimanfaatkkan maka akan disinergikan dengan maskapai pelat merah lainnya.
"Tentu asetnya yang masih kita manfaatkan, ya kita sinergikan. Contoh Merpati ada maintenance-nya, itukan disinergikan dengan Garuda atau Pelita Air, itu bisa kita lakukan," ucap Erick Thohir.
Baca juga: Mengapa Sentra Ramos Sering Dijadikan Merek Beras dan Apa Artinya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.