Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpuruk akibat Pandemi, InJourney Minta Suntikan PMN Rp 9,5 Triliun pada 2023

Kompas.com - 16/06/2022, 10:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung atau InJourney mengusulkan suntikan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 9,5 triliun untuk 2023. Dana itu akan digunakan untuk penguatan modal perusahaan setelah terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Adapun holding ini dipimpin oleh PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) dan anggotanya terdiri dari PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero), PT Sarinah (Persero), dan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

Wakil Direktur Utama Aviasi Pariwisata Indonesia Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, PMN tersebut sebesar Rp 3,5 triliun akan dialokasikan untuk penguatan modal dan pengembangan pariwisata, serta sebesar Rp 6 triliun akan digunakanuntuk pembangunan infrastruktur penerbangan.

Baca juga: Ini Strategi InJourney Dorong Pemulihan Pariwisata Indonesia

"Urgensi pemberian PMN ini, karena ketika recovery (pemulihan sektor peariwisata) sudah ada, namun kondisi keuangan anggota holding sayangnya sangat buruk, maka akan membuat operasional mereka tidak mampu melayani pertumbuhan pariwisata. Jika ditopang dengan PMN, kami berharap semuanya bisa hijau (keuangan membaik) lagi dalam 3 tahuh ke depan, sekitar 2025," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (15/6/2022).

Edwin menjelaskan, secara rinci dana PMN sebesar Rp 9,5 triliun tersebut, dialokasikan untuk holding atau InJourney sebesar Rp 500 miliar. Ini untuk penguatan modal dan integrasi sistem, sebab saat ini perusahaan belum memiliki sistem yang terintegrasi, baik itu antara bandara maupun antara maskapai penerbangan.

Kemudian sebesar Rp 150 miliar akan dialokasikan untuk proses transformasi Sarinah. Ia bilang, selama dua tahun terakhir Sarinah dalam kondisi 'mati suri' karena dalam tahap rekonstruksi sehingga tak ada pemasukan, dan akhirnya sejak Maret 2022 mulai beroperasi kembali seiring rampungnya pembangunan gedung.

Selanjutnya sebesar Rp 650 miliar akan diberikan Hotel Indonesia Natour untuk pengembangan KEK Kesehatan di Kawasan Wisata Sanur, Denpasar, Bali. Pada kawasan itu rencananya akan dibangun Rumah Sakit (RS) Internasional Bali yang bertujuan menjadi medical tourism, sehingga bisa meningkatkan pendapatan dan menahan devisa keluar dari Indonesia.

Baca juga: Ini Strategi InJourney Kembangkan Labuan Bajo, TMII, dan Sarinah

Lalu sebesar Rp 1,7 triliun dialokasikan untuk Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Dana tersebut akan digunakanuntuk penguatan modal dan penguatan infrastruktur KEK Mandalika di Lombok, NTB dan KEK Tana Mori di Labuan Bajo, NTT.

Sementara sebesar Rp 500 miliar akan diberikan untuk Taman Wisata Candi Borobudur, yang nantinya digunakan untuk visitor management atau manajemen pelancong mengingat wisatawan yang bisa naik ke atas Candi Borobudur dibatasi menjadi hanya 1.200 orang per hari. Rencananya akan ada kendaraan yang bisa digunakan untuk berkeliling disekitar Candi Borobudur.

Alokasi terbesar yakni Rp 3,5 triliun diberikan untuk Angkasa Pura I (AP I) yang akan digunakan buat permodalan, operasional bandara, dan pembangunan infrastruktur bandara di sejumlah daerah yang termasuk dalam proyek strategis nasional (PSN).

"Jadi AP I ini punya banyak PSN, penugasan yang cukup besar itu pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), yang selesainya ketika Covd-19 dan investasinya hampir mendekati Rp 12 triliun, tanpa ada PMN sama sekali, melainkan semua dibangun dengan commercial loan (pinjaman komersil). Jadi ini cukup besar (dana yang digunakan), sementara ada bandara-bandara lain yang masuk PSN dan perlu diselesaikan AP I penmbangunannya," papar Edwin.

Sementara, sisanya sebesar Rp 2,5 triliun akan digunakan sebagai investasi InJourney di perusahaan penerbangan. Hal itu mengingat maskapai-maskapai pelat merah saat ini masih belum bergabung dengan InJourney, meski ke depannya direncanakan bakal bergabung.

Ia bilang, dana PMN yang dialokasikan untuk maskapai penerbangan pelat merah itu guna mengatasi jumlah pesawat yang berkurang akibat tekanan selama masa pandemi. Lewat permodalan ini diharapkan bisa menambah jumlah pesawat seiring meningkatkan mobilisasi wisatawan dan adanya pertemuan KTT G20 di Indonesia.

"Investasi InJourney ke perusahaan penerbangan ini, untuk mengatasi kekurangan jumlah pesawat (gap tingginya pergerakan penumpang dengan ketersediaan pesawat) akibat adanya perusahaan penerbangan yang merugi dan sebagian sudah tutup," pungkas dia.

Baca juga: PLN Minta Dana PMN Rp 10 Triliun di 2023, buat Bangun Pembangkit Listrik di Pelosok

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com