Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas Pengendalian Tembakau: Rokok Masih Jadi Primadona Masyarakat Miskin

Kompas.com - 21/06/2022, 19:30 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Project Officer Komnas Pengendalian Tembakau Manik Margana Mahendra mengatakan, masalah rokok tidak hanya berdampak kepada kesehatan tetapi juga bertambahnya angka kemiskinan.

Manik bilang, masyarakat miskin lebih rela merogoh koceknya untuk membeli rokok ketimbang beras. Hal tersebut ia kemukakan dalam pembahasan Epidemi Rokok dan Masa Depan Pengendalian Tembakau di Indonesia secara hybrid, di Jakarta, Selasa (21/6/2022).

"Masalah rokok ini akhirnya berdampak kepada masyarakat miskin dan juga anak-anak. Kita bicara terlebih dahulu terhadap masyarakat miskin. BPS mencatat sekitar 2020, pengeluaran terbesar yang berkontribusi besar terhadap masyarakat kemiskinan di Indonesia, setelah beras adalah rokok," katanya.

Baca juga: Tolak UU PPP, Ini Langkah Partai Buruh

Ia menuturkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan total rata-rata pengeluaran bulanan masyarakat miskin yang dikeluarkan untuk rokok sebesar Rp 75.000, sementara beras hanya Rp 56.000.

"Tapi sekali lagi rokok ini masih menjadi primadona untuk masyarakat miskin khususnya," ungkap Manik.

Selain itu, rokok juga disebut bisa menyebabkan masyarakat jatuh miskin lantaran biaya berobat penyakit akibat rokok kian membengkak. Manik mengatakan penyakit-penyakit yang tidak menular ini masuk dalam penyakit katastropik.

"Apa itu katastropik? Adalah ketika kita sekali berobat maka kita kemungkinan jatuh miskin karena penyakit tersebut," ujarnya.

Baca juga: Daftar 10 Negara Paling Kompetitif di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?

Meski ada BPJS Kesehatan, namun kata Manik penyakit yang disebabkan rokok justru menjadi beban bagi BPJS Kesehatan. Menurut dia, BPJS Kesehatan menanggung beban biaya kesehatan yang besar akibat penyakit-penyakit katastropik tersebut.

Bahkan ucapnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan sebanyak 8 juta kematian disebabkan oleh rokok.

"Jadi sudah sangat jelas rokok ini menjadi problematik di masyarakat secara keseluruhan. Jadi kita tidak bisa berbicara hanya sekadar individu. Bahkan WHO mencatat dari 7-8 juta kematian per tahun akibat rokok, 1 juta di antaranya adalah perokok pasif," kata dia.

Baca juga: Peringkat Daya Saing Indonesia Merosot ke Posisi 44, Ini Penyebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com