Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Heran, dari Luasnya Hutan RI, Negara Cuma Dapat Rp 5 Triliun Setahun

Kompas.com - Diperbarui 29/06/2022, 21:53 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku tak habis pikir bagaimana Indonesia yang memiliki hutan sangat luas, namun sumbangan ke keuangan negara sangatlah kecil.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, sektor kehutanan secara keseluruhan, hanya memberikan setoran dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 5,6 triliun.

"PNBP kita itu sudah mencapai hampir Rp 350 triliun. Jadi kalau kita kehutanan is only (hanya) Rp 5 triliun its doesn't sounds right (kedengarannya tidak masuk akal) juga, kan? Betul, kan? Kita semuanya harus punya sense ini supaya kita bisa memahami ini value-nya about what dan bagaimana kita mengelola," ucap Sri Mulyani dikutip pada Rabu (29/6/2022).

Lebih lanjut, wanita yang karib disapa Ani ini mengakui, ada beberapa tantangan yang menyebabkan PNBP sektor kehutanan sangat kecil.

Baca juga: Sejatinya, Kelapa Sawit Milik Para Konglomerat Ditanam di Tanah Negara

Menurut Sri Mulyani, ada banyak yang perlu dibereskan di sektor kehutanan. Ia bilang, setoran PNBP dari hutan ini kurang masuk akal apabila dibandingkan dengan luas hutan Indonesia.

Terlebih, banyak hutan tropis di Indonesia yang sudah beralih fungsi menjadi hutan industri, bahkan banyak hutan yang nasibnya kini beralih menjadi kebun kelapa sawit.

"Ini kita sebagai negara yang punya hutan tutup tropis dan bahkan sekarang ini banyak yang sudah menjadi hutan industri, rasanya kontribusi kurang dari 1 persen it doesn't sounds right. Pasti ada hal-hal yang perlu kita benahi bersama," ungkap Sri Mulyani.

Bendahara negara ini memerinci, kontribusi PDB nominal dari subsektor kehutanan pada tahun 2017-2021 kurang dari 1 persen, dengan kisaran 0,6-0,7 persen.

Baca juga: 6 dari 10 Orang Terkaya RI adalah Konglomerat Sawit, Ini Daftarnya

Kontribusinya pada tahun 2021 hanya sekitar Rp 112 triliun (0,66 persen dari PDB) lebih tinggi dibanding kontribusi pada tahun 2020 yang mencapai Rp 108,6 triliun (0,70 persen dari PDB).

"Kontribusinya Rp 91 triliun hingga Rp 112 triliun. Itu masih sangat kecil. Jadi kalau kuantiti terhadap GDP share memang kecil kurang dari 1 persen, hanya sekitar 0,6-0,7 persen," ucap Sri Mulyani.

Dilihat dari pertumbuhan setiap tahun, sektor ini mengalami pertumbuhan rata-rata 5-6 persen per tahun. Bila diperinci, tumbuh 4,6 persen di tahun 2017, 6,3 persen di tahun 2018, dan 6,9 persen di tahun 2019.

Kemudian pada tahun 2020, pertumbuhannya menyusut menjadi 4,3 persen. Lalu di tahun 2021, sektor kehutanan hanya tumbuh 3,1 persen. Sri Mulyani merasa, pertumbuhan yang terlampau kecil ini menjadi tanda ada yang salah.

Baca juga: Daftar 11 Daerah yang Wajibkan Beli Pertalite dan Solar Pakai MyPertamina per 1 Juli

Lanjut dia, hal yang sama juga terjadi di sektor perikanan dan kelautan. Sektor ini juga menyumbang PNBP ke APBN dalam porsi kecil.

"Indonesia itu isinya hutan sama perikanan, tapi dua sektor ini kontribusi ke dalam GDP (PDB) kita is almost nothing (hampir tidak ada). Enggak benar itu berarti," kata Sri Mulyani

Ia menuturkan pembenahan yang dimaksud adalah terkait regulasi, institusi bahkan tata kelola karena selama ini tidak mampu mendorong kontribusi sub sektor kehutanan dan penebangan kayu secara maksimal.

“Sama dengan sektor perikanan. Indonesia itu isinya hutan sama perikanan tapi dua sektor ini kontribusi ke PDB is almost nothing. Tidak benar itu berarti,” tegasnya.

Baca juga: 3 Konglomerat yang Kaya Raya Berkat Minyak Goreng

(Penulis: Fika Nurul Ulya | Editor: Akhdi Martin Pratama)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com