Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah, Produk Apa Saja yang Harganya Bakal Naik?

Kompas.com - 12/07/2022, 10:23 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS masih berlangsung dengan pergerakan di kisaran Rp 15.000 per dollar AS. Mengutip Bloomberg, Selasa (12/7/2022), pukul 9.20 WIB kurs rupiah di pasar spot berada di level Rp 14.989 per dollar AS.

Depresiasi rupiah atau nilai tukar rupiah melemah tersebut berpotensi membuat sejumlah produk mengalami kenaikan harga, terutama pada produk impor yang transaksinya menggunakan dollar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, sektor yang produknya memiliki komponen impor yang tinggi, sementara penjualannya dalam denominasi rupiah diperkirakan akan terdampak pelemahan nilai tukar rupiah.

Baca juga: Rupiah Melemah Nyaris Rp 15.000 per Dollar AS, Harga Barang Elektronik hingga Pakaian Berpotensi Naik

Ia menyebutkan, beberapa sektor yang produknya memiliki komponen impor cukup tinggi di antaranya yakni industri tepung gandum, perhiasan, pesawat terbang, barang-barang elektronik dan komunikasi, pakaian jadi, alat listrik untuk rumah tangga, hingga alat-alat musik.

"Pelemahan nilai tukar rupiah yang juga diikuti dengan kenaikan harga komoditas dan harga bahan baku diperkirakan akan mendorong kenaikan harga-harga barang impor," ujar Josua kepada Kompas.com, Selasa (12/7/2022).

Baca juga: Dilema Ekonomi RI: Mulai Pulih dari Pandemi, Malah Diadang Inflasi dan Pelemahan Rupiah

Oleh sebab itu, lanjut dia, dampak pelemahan rupiah akan sangat dirasakan oleh masyarakat yang mengonsumsi barang-barang impor atau yang sering dikategorikan sebagai barang-barang mewah.

Menurutnya, secara umum khususnya masyarakat awam pada dasarnya tidak perlu khawatir terhadap pelemahan nilai tukar rupiah, terutama bagi masyarakat yang penghasilan dan pengeluarannya dalam rupiah karena tidak memiliki dampak yang signifikan.

Baca juga: Cek Perbandingan Harga Pertamax Vs Pertamax Turbo di 34 Provinsi, Mulai 10 Juli 2022

Selain itu, masyarakat yang mengonsumsi barang-barang produk lokal pun juga tidak akan terpengaruh terhadap pelemahan rupiah.

"(Pelemahan rupiah) diperkirakan akan cukup berdampak bagi masyarakat yang cenderung kelas menengah ke atas. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan bagi masyarakat pada umumnya terhadap pelemahan rupiah," ucapnya.

Baca juga: Subsidi Energi Bisa Makin Bengkak akibat Pelemahan Rupiah

90 persen bahan baku farmasi masih impor...

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga menilai, depresiasi rupiah akan berdampak pada kenaikan harga sejumlah barang yang bersifat impor.

Ia menyebut, produk pada sektor elektronik, otomotif, pakaian jadi, industri kimia, makanan dan minuman (mamin), hingga farmasi berpotensi mengalami kenaikan harga. Lantaran, produk maupun sebagian bahan baku pada sektor-sektor itu masih dipenuhi dari impor.

"Farmasi kan 90 persen bahan bakunya impor, sehingga rentan terhadap fluktuasi kurs," kata dia.

Terkait sektor makanan-minuman, Bhima mengatakan, sebelum kurs melemah mendekati Rp 15.000 per dollar AS, bahan baku industri ini sudah lebih dulu mengalami kenaikan harga seperti gandum, gula, hingga minyak nabati. Maka dengan adanya pelemahan kurs akan memberikan beban ganda pada sektor ini.

Menurutnya, saat ini pelaku industri makanan-minuman sedang menunggu momen yang tepat untuk menaikkan harga jual produknya di pasaran, sebab mereka memperhitungkan kemampuan masyarakat yang tidak semuanya siap dengan kenaikan harga meski hanya sekitar 5-7 persen.

"Contohnya pada kelompok menengah bawah, kalau ada kenaikan harga maka bisa bergeser ke produk pesaing atau bahkan mengurangi pembelian. Target penjualan pun bisa turun," ungkap Bhima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com