Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Ungkap Dampak ke Negara bila Tidak Melakukan Ekonomi Hijau

Kompas.com - 15/07/2022, 10:15 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyebut kondisi lingkungan yang buruk dapat berdampak pada stabilitas moneter sehingga perlu untuk dilakukan transisi ke ekonomi hijau.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, diperkirakan biaya yang digunakan untuk menanggulangi cuaca ekstrem mencapai 40 persen dari PDB Indonesia di 2050 jika tidak segera dilakukan mitigasi.

Namun, perkiraan tersebut dapat diturunkan menjadi 4 persen dari PDB jika melakukan langkah mitigasi.

"Dari aspek ekonomi dan keuangan apabila kita tidak segera bergegas melakukan berbagai kebijakan untuk menuju ekonomi hijau maka dampaknya kepada ekonomi maupun terhadap sistem keuangan kita sangat signifikan," ujar Juda Agung saat acara Scalling Up Green Finance in Indonesia G20 di Bali, Jumat (15/7/2022).

Baca juga: Jadi Agenda Presidensi G20, Pembiayaan Ekonomi Hijau Perlu Digenjot

Dia menjelaskan perlunya ekonomi hijau untuk segera direalisasikan, yaitu agar negara tidak kehilangan kesempatan ekspor akibat terhambat oleh ekspor produk yang tidak memenuhi persyaratan standar hijau.

"Ekspor kita juga tidak kompetitif karena semakin mahal akibat adanya pajak karbon dari negara pengimpor," kata dia.

Kemudian, investasi berbasis hijau seperti industri rendah karbon di kendaraan listrik, akan beralih ke negara lain yang telah menerapkan kebijakan yang jelas tentang industri rendah karbon.

Baca juga: Investasi Proyek Transisi Energi Mencapai Rp 7.500 Triliun, Sri Mulyani: Butuh Support Global

Selain itu, akses terhadap keuangan global juga semakin terbatas karena preferensi investor di sektor ekonomi hijau semakin besar sehingga investor cenderung memprioritaskan berinvestasi di sektor hijau.

"Oleh karena itu kami di BI turut berikan perhatian yang besar pada isu ini karena memang dampaknya kepada stabilitas moneter cukup besar. Kalau ekspor itu turun tentu dampaknya kepada current account," tukasnya.

Untuk itu, BI bersama Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya mendorong pertumbuhan industri kendaraan listrik dan bangunan hijau.

"(Dukungan) melalui green down payment yang lebih rendah untuk kendaraan listrik dan juga LTV (loan to value) yang lebih ringan bagi hunian hijau," ucapnya.

Baca juga: Manfaat Transisi Ekonomi Hijau bagi UMKM: Buka Peluang Usaha Baru hingga Kesempatan Ekspor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com