Selain para petani, banyak pemilik pabrik pengolahan teh yang frustasi. Ekspor teh merupakan sumber dollar yang besar bagi Sri Lanka dan industri ini mempekerjakan sekitar dua juta orang.
Baca juga: 22 Tahun Pisah dari RI, Mengapa Timor Leste Setia Gunakan Dollar AS?
"Tanpa bahan bakar, kami merasa sangat, sangat sulit. Jika ini terus berlanjut, kami mungkin harus menutup semua pabrik," kata Meezan Mohideen yang mengepalai perkebunan dan pabrik besar di Ancoombra.
"Biasanya, sekitar 20 truk yang beroperasi. Sekarang kami menjalankan hanya delapan truk. Dan dengan pemadaman listrik, ada pabrik yang tutup sehingga tidak bekerja tiga sampai empat hari dalam seminggu," tuturnya.
Pabrik Mohideen telah secara drastis mengurangi jumlah hari operasinya. Keadaan baru normal apabila ia berhasil mendapatkan bahan bakar melalui importir swasta.
Pabrik-pabrik lain yang lebih kecil berjuang lebih keras lagi. Tapi yang paling miskin adalah yang paling menderita dalam krisis ini.
Pemetik teh, bekerja di ladang, memetik daun teh umumnya dibayar sedikit lebih tinggi dari upah minimum. Tapi harga pangan di Sri Lanka telah melonjak.
Inflasi di bulan Juni, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, telah melonjak lebih dari 50 persen.
Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.