Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Kenang Perjuangan Marsinah lewat Film

Kompas.com - 18/08/2022, 18:17 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Serikat buruh mengenang perjuangan Marsinah bagi kaum pekerja Indonesia lewat nonton bareng dan diskusi film Marsinah di Sinema Hall, Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (18/8/2022).

"Marsinah sebagai simbol perjuangan untuk memerdekakan kelas pekerja menuju negara sejahtera," ujar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.

Said yang juga sebagai Presiden Partai Buruh itu mengatakan, berkaca dari kasus Marsinah, tidak boleh lagi ada penindasan terhadap kaum buruh, termasuk petani.

"Tidak ada lagi petani yang ditangkapi dan dipenjara ketika mempertahankan tanahnya. Tidak ada lagi penggusuran yang menimpa rakyat miskin kota," kata Said.

Baca juga: Airlangga Proyeksi Inflasi 2022 Capai 4,8 Persen

Partai Buruh sendiri berharap bisa ikut Pemilu 2024. Saat ini, Partai Buruh sudah masuk dalam tahap verifikasi administrasi yang hasilnya akan diumumkan pada 14 September 2022.

Setelah itu, tahapan berikutnya adalah verifikasi faktual. Adapun pada Desember 2022, KPU akan mengumumkan partai mana saja yang akan ikut Pemilu 2024.

Sekilas tentang Marsinah

Dikutip dari Harian Kompas, 10 November 1993, Marsinah adalah seorang buruh perempuan yang bekerja pada PT Catur Putra Surya (CPS), pabrik pembuat jam di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

Perempuan yang sangat energik ini adalah sosok buruh yang progresif dan tidak ingin mengalah begitu saja kepada nasib walaupun lahir dari keluarga tak mampu.

Baca juga: Minuman Kekinian Teguk Bakal Buka Gerai di New York

Pada 4 Mei 1993, Marsinah memimpin unjuk rasa kenaikan upah dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250. Ketika beberapa rekannya dikeluarkan dari perusahaan, dia pula lah yang membelanya.

Perjuangan Marsinah mengalami puncaknya pada tanggal 5 Mei 1993, yaitu ketika suatu malam dia diculik dan disiksa oleh 5 orang "algojo" PT CPS. 

Menurut mereka, Marsinah pantas untuk mendapat siksaan karena ulahnya telah banyak merugikan perusahaan. Baru pada 9 Mei, mayatnya ditemukan secara mengenaskan di sebuah gubuk di daerah Nganjuk, sekitar 200 km dari tempatnya bekerja.

Kematian Marsinah yang tidak wajar itu mendapat reaksi keras dari para aktivis dan masyarakat luas. Mereka menuntut pihak aparat keamanan untuk menyelidiki dan mengadili para pelakunya.

Baca juga: Ada Proyek MRT Jakarta Fase 2A, Waspada Penyempitan Jalan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com