Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mau Lagi Basa-basi ke Elon Musk, Luhut: Hey, Mau Kau Gimana?

Kompas.com - Diperbarui 21/08/2022, 14:21 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan akan bertemu dengan CEO Tesla Inc, Elon Musk, pada September 2022 untuk meminta kejelasan pabrikan mobil listrik itu berinvestasi di Indonesia.

Menurut Luhut, rencana investasi dari Tesla di Indonesia masih belum menemukan kepastian. Padahal, Presiden Jokowi sudah menemui langsung Elon Musk.

"Saya ke Amerika bulan depan (September), akan ketemu lagi dengan Elon, untuk bicara, 'Hey, mau kau gimana?" ucap Luhut dikutip dari Antara, Sabtu (20/8/2022).

Padahal di sisi lain, pabrikan mobil listrik pesaing Tesla yang juga berasal dari AS, Ford, sudah mematangkan rencana pembangunan fasilitas produksinya di Indonesia.

Baca juga: Syarat Bikin SKCK, Biaya, dan Tahapannya di Kantor Polisi ataupun Online

"Karena Ford sudah masuk. Dia juga sudah pusing nih, karena Ford kok masuk. Ford duitnya banyak, namanya kalah keren," kata Luhut.

Luhut sendiri menyebut Tesla sebenarnya sudah masuk ke Indonesia. Namun, investasinya tidak langsung karena Tesla bekerja sama untuk membeli nikel dari perusahaan di Morowali, Sulawesi Tengah.

Mantan Menko Polhukam itu mengatakan Ford, pabrikan otomotif asal AS, juga sudah memastikan diri menanamkan modal di Indonesia kendati ia tidak menyebut detail investasinya.

Tesla sendiri sebelumnya pernah menyampaikan minat untuk masuk ke Indonesia namun tak kunjung terealisasi.

Baca juga: Mengenal Tanaman Sorgum, Pengganti Gandum asal Afrika Idaman Jokowi

Harapan pabrikan mobil listrik itu masuk ke Indonesia kembali mengemuka setelah pertemuan CEO Tesla Inc, Elon Musk, dengan Presiden Jokowi pada Mei lalu.

Menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, beberapa waktu lalu, minat perusahaan dan pabrikan otomotif dunia ke Indonesia untuk ikut membangun ekosistem baterai kendaraan listrik sangatlah tinggi.

Investor tersebut diantaranya LG dari Korea Selatan, CATL dari China, Foxconn dari Taiwan, BritishVolt dari Inggris, hingga BASF dan VW dari Jerman.

Di sisi lain, Bahlil juga sudah melakukan pertemuan dengan perusahaan otomotif asal AS, Ford, untuk menjajaki kerja sama di sektor serupa.

"Ford adalah pemain mobil kedua setelah Tesla. Jadi negara kita ini, orang percaya. Kalau dari negara luar saja percaya sama kita, masak kita ga percaya dengan negara kita? Ini ibarat kita masih muda-muda, Indonesia ini barang bagus, kembang kampus, kira-kira begitu," kata Bahlil.

Baca juga: Jadwal KRL Solo Jogja Terbaru 2022 Lengkap Semua Stasiun

Beli lewat perusahaan PMA China

Luhut mengungkapkan bahwa Tesla Inc telah menandatangani kontrak pembelian nikel dari 2 perusahaan yang ada di Indonesia. Menurut Luhut, dengan membeli bahan baku nikel RI saja merupakan langkah awal positif.

Dua perusahaan pemasok baterai asal China tersebut adalah Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co. Kedua perusahaan China ini diketahui juga telah berdiri di Indonesia.

Setelah pada 2021 lalu, Pemerintah Indonesia terus merayu hingga melakukan penandatanganan non-disclosure agreement (NDA) dengan Tesla. Namun faktanya kesepakatan itu berakhir dengan kegagalan.

"Tapi mereka sudah membeli, nah itu yang bagus, dua produk dari Indonesia. Dari Huayou, satu lagi dari mana, dia sudah tandatangan kontrak untuk lima tahun. Jadi dia (Tesla) sudah mulai masuk di situ, tahap pertama sudah masuk," ujarnya.

Baca juga: Cara Mengambil Uang di ATM yang Benar dan Aman, Bisa Semua Bank

Adapun nilai kontrak pembelian nikel tersebut senilai 5 miliar dollar AS atau setara Rp 74,5 triliun (kurs saat ini Rp 14.900).

"Nanti kami lihat lagi untuk membuat lithium baterai dia. Lokasinya di Morowali, karena ada berapa belas industri di sana. Dia sudah engage di sana. Kontrak dia (Tesla) mungkin sekitar 5 miliar dollar AS," ucapnya.

Namun terkait rencana Tesla untuk membangun pabrik otomotif berbasis listrik di Tanah Air, Luhut mengatakan pihaknya masih melakukan negosiasi.

"Tesla ini kami masih negosiasi terus. Karena Tesla ini masih sibuk dengan dalam negeri dia, dengan masalah Twitter dan sebagainya," kata Luhut.

Baca juga: Sudah Mendesak, tapi Duit APBN untuk Kereta Cepat Tak Kunjung Cair

Dikritik

Namun kesepakatan Tesla dengan dua perusahaan China yang berdiri di Indonesia, yakni Zhejiang Huayou Cobalt Co dan CNGR Advanced Material Co dinilai melecehkan Indonesia.

Ekonom Konstitusi Defiyan Cori menyebutkan, Tesla seharusnya melakukan perjanjian langsung dengan Pemerintah Indonesia lantaran sumber daya alam salah satunya nikel merupakan kuasa RI.

"Penandatanganan kontrak pembelian nikel antara Tesla dengan dua supplier asal China, Huayou dengan CNGR ini jelas melecehkan posisi Indonesia sebagai pemilik sumber daya mineral atau bahan bakunya," kata dia.

"Padahal, kedua perusahaan RRC itu telah membangun pabriknya di Indonesia, yang seharusnya ada klausul pelarangan menjual kembali komoditas nikel ini kepada pihak lain," ungkap Defiyan lagi.

Baca juga: Bedanya Kantor Pajak KPP Pratama, KPP Madya, dan KPP Wajib Pajak Besar

Selain itu secara ekonomi, Pemerintah Indonesia menurutnya jelas dirugikan atas selisih harga jual penjualan dengan harga pokok produksi komoditas nikel.

"Seharusnya potensi nilai tambah produksi dari hasil penjualan itu bisa lebih besar diperoleh di Tanah Air, dibandingkan dengan penjualan ke Tesla," ucap Defiyan.

Defiyan bilang, perlu dicermati juga dengan seksama materi kontrak kerja sama pembangunan pabrik pengolahan nikel antara Pemerintah RI dengan kedua perusahaan China tersebut, apakah posisi mereka menunjukkan suatu tindakan wanprestasi atau ada unsur manipulasi dan korupsi serta kolusi dengan pejabat penandatanganan kontraknya.

"Meskipun kedua perusahaan itu membayar pajak kepada pemerintah Indonesia, namun penjualan bahan baku nikel yang dilakukan oleh perusahaan China tersebut tidak dibenarkan secara konstitusional," ujarnya.

Baca juga: Berapa Gaji Pasukan Oranye atau PPSU DKI Jakarta?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com