Meskipun Kementerian Kominfo dan operator seluler kompak menampik kebocoran data berasal dari internal, data-data yang diperjualbelikan oleh Bjorka dinilai valid. Ini merupakan kesimpulan dari sejumlah pakar.
Peneliti keamanan siber independen Afif Hidayatullah memastikan data yang dibagikan Bjorka valid. Hal itu ia simpulkan berdasarkan penelusuran acak untuk beberapa sampel NIK dan nomor HP yang dibagikan secara cuma-cuma.
Untuk menelitinya secara spesifik, Afif menggunakan situs pengecekan NIK untuk penduduk di wilayah Tangerang, di mana penduduk di wilayah tersebut pasti memiliki NIK dengan awalan "3671", yakni "36" merupakan kode Provinsi Banten dan "71" untuk kode Kota Tangerang.
Kemudian, Ia mencari NIK dengan awalan tersebut dari sample database yang dibagikan gratis oleh hacker. Ketika NIK dengan awalan 3671 ditemukan, ia kemudian mencocokkan NIK dengan nomor HP dan nama pemilik nomor HP tersebut melalui aplikasi GetContact.
"Ketika saya check salah satu sampel, terdapat NIK berikut '36711******' dengan nomor HP 62812****," jelas Afif.
"Dan ketika saya periksa lebih lanjut, ternyata pemilik NIK itu, yang bernama T** J***, sesuai dengan nama nomor HP yang ada di GetContact. Sehingga, saya dapat menyimpulkan data yang diberikan (Bjorka) masih valid," tambah Afif.
Sementara itu, praktisi keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya menilai, data yang bocor tesebut dapat disalahgunakan untuk mengeksploitasi pengguna. Data tersebut juga bisa digunakan untuk profiling pengguna seluler.
"Ini kalau yang bocor big data, rentan digunakan untuk profiling pengguna seluler di Indonesia. Dan peta pengguna seluler di seluruh Indonesia yang bisa digunakan sebagai dasar pemetaan kependudukan lainnya," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.