Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Dorong "Green Pharmacy" untuk Industri Kesehatan, Apa Itu?

Kompas.com - 06/09/2022, 19:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mendorong seluruh stakeholder untuk mengoptimalkan peran "Green Pharmacy" dalam mendukung arsitektur kesehatan global.

Plt. Dirjen IKFT Kementerian Perindustrian Ignatius Warsito mengatakan, dari sisi industri, produk farmasi saat ini sebagian besar dikembangkan dari bahan kimia dasar. Transformasi untuk menjadikannya green atau ramah lingkungan sangat penting untuk keberlanjutan.

"Konsep Green Pharmacy ini sangat baik untuk ekosistem. Jadi bukan hanya transisi dari kimia ke herbal, tapi membuat bahan obat menjadi kembali ke alam. Terus terang berdasarkan obat kimia maupun herbal, industri kita ingin membuat roadmap untuk Indonesia. Penting bagi semua pihak dari hulu hingga hilir untuk melakukan kolaborasi dengan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi," ujarnya dalam agenda T20 Indonesia Summit yang disiarkan dari YouTube T20 Indonesia, Selasa (6/9/2022).

Baca juga: Pemerintah Bakal Gabungkan Holding BUMN Farmasi dan Holding BUMN Rumah Sakit

Hal serupa juga diamini oleh Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalusia.

Dia mengatakan, obat herbal sebagai bagian dari pengobatan tradisional dan komplementer merupakan sumber daya kesehatan yang penting dan sering diremehkan, dalam banyak penggunaan terutama dalam pencegahan dan pengelolaan gaya hidup terhadap penyakit kronis dan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan populasi yang menua.

Belum lagi saat ini semakin banyak negara yang mengakui peran jamu dalam sistem kesehatan nasionalnya.

Baca juga: Perkuat Bisnis, Farmasi Digital Lifepack Dapat Suntikan Dana Rp 103,3 Miliar

Di China, penggunaan obat herbal sudah mapan untuk tujuan kesehatan. Di Jepang, 50-70 persen jamu telah diresepkan. Sementara itu, Kantor Regional WHO untuk Amerika (AMOR/PAHO) melaporkan bahwa 71 persen penduduk Chili dan 40 persen penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional.

"Bahkan di antara yang maju negara, obat herbal sangat populer. Penggunaan jamu oleh penduduk di Perancis mencapai 49 persen, Kanada 70 persen, Inggris 40 persen, dan Amerika Serikat 42 persen. Inilah kondisi pasar ekspor jamu ke depan," jelasnya.

Baca juga: Kurangi Ketergantungan Impor Obat-obatan, Pemerintah Berikan Fasilitas Non Fiskal untuk Industri Farmasi Inovator

Berkaca dari hal ini, menurut dia, seharusnya bisa menjadi peluang Indoneaia untuk mengembamgkan obat herbal. Indonesia dengan sekitar 143 hektar hutan tropis, dengan 28.000 spesies tumbuhan, 32. 000 bahan telah dimanfaatkan.

"Indonesia dengan 217 juta penduduk tetap menjadi pemain utama baru untuk Farmasi Hijau dengan produk jamu," katanya.

Untuk mencapai itu, Kementerian Kesehatan mulai menerapkan transformasi sistem kesehatan dalam pengembangan dan pemanfaatan jamu di bidang kesehatan.

Baca juga: Meneropong Potensi Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Dalam Negeri

Di lokasi pengembangan, dia menjelaskan, pihaknya mendorong penelitian, pengembangan, hingga penanganan dan pemanenan bahan baku untuk memastikan standar kualitas dalam produksi. Pihaknya juga akan menyelaraskan upaya untuk mendukung UKM untuk mengembangkan bisnis dan pasar mereka.

"Kemudian di situs permintaan, kami menyediakan Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan pada semester pertama tahun ini. Pemerintah menyediakan dana alokasi khusus bagi pemerintah daerah untuk menggunakan produk lokal," katanya.

"Kami percaya tindakan ini akan membawa pemanfaatan Green Pharmacy dan memberikan keberlanjutan dalam pengaturan perawatan kesehatan," sambungnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com