Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Berpotensi Melonjak Imbas Kenaikan Harga BBM, Investasi Risiko Rendah Jadi Pilihan?

Kompas.com - 08/09/2022, 15:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) saat ini masih menjadi perhatian utama investor. Maklum saja, harga BBM yang lebih tinggi tentu akan berdampak terhadap peningkatan indeks harga konsumen (IHK), baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan, memproyeksi inflasi berpotensi menembus level 6,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) imbas dari kenaikan harga BBM. Angka proyeksi ini sebenarnya lebih rendah dari perhitungan sejumlah pakar, yang memprediksi inflasi dapat menembus 8 persen secara yoy.

Tingkat inflasi yang lebih tinggi, kemudian diprediksi berimbas kepada suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Pengetatan kebijakan moneter melalui suku bunga berpotensi kembali terjadi, guna meredam laju inflasi.

Baca juga: Pilih Instrumen Investasi Apa Saat Suku Bunga BI dan Harga BBM Naik?

Dengan melihat kondisi tersebut, apakah instrumen investasi berisiko rendah menjadi lebih menarik ke depannya?

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, peningkatan inflasi berdampak pada tergerusnya daya beli masyarakat sehingga demand akan barang dan jasa cenderung melemah. Ini kemudian berdampak pada profitabilitas perusahaan.

"Sehingga potensi terjadi perlambatan dari pasar saham cenderung tinggi," ujar dia, kepada Kompas.com, diktuip Kamis (8/9/2022).

Sementara itu, Josua mengamini, peningkatan inflasi akan direspons oleh BI dengan meningkatkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Kondisi suku bunga yang diprediksi lebih tinggi akan menguntungkan pemegang obligasi dengan kupon yang bergantung pada suku bunga acuan BI.

"Seperti obligasi yang non-tradeable," katanya.

"Potensi kenaikan suku bunga juga berpotensi menambah imbal hasil bagi investor-investor yang menaruh dananya di deposito," tambah Josua.

Sementara itu, Kepala Divisi Wealth Management Bank OCBC NISP Juky Mariska mengungkapkan, obligasi pada awal 2022 hanya menjadi pilihan nasabah-nasabah primer saja. Namun ke depannya obligasi patut dipertimbangkan sebagai investasi pilihan, sebab saat ini baik bank sentral Amerika Serikat maupun Indonesia sama-sama berpeluang akan menaikkan kembali suku bunga acuannya di sisa tahun 2022.

"Dengan adanya kepastian dari The Fed dan suku bunga di Indonesia juga, harusnya untuk para nasabah yang mau obligasi sekarang ini sudah mulai boleh lagi untuk consider (mempertimbangkan) ke obligasi," ujarnya.

Baca juga: Simak Strategi Investasi Pasca Kenaikan Harga BBM Ala Manulife Aset Manajemen

Bukan Hanya Obligasi

Tidak hanya obligasi, dia bilang, reksa dana juga dapat dipertimbangkan untuk menjadi investasi pilihan untuk jangka panjang. Sebab, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah seperti kenaikan suku bunga BI dan harga BBM dapat memperkuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang saat ini sudah berada di level yang cukup tinggi yakni 7.200.

"Jadi saya rasa untuk nasabah yang mau investasi jangka panjang di reksa dana tahun depan seharusnya juga cukup bagus sih," kata Juky.

Adapun Investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia Krizia Maulana menilai, di tengah kondisi perekonomian yang tidak menentu, pasar saham nasional masih berpotensi tumbuh ke depan. Ini ditopang oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih solid yang disertai dengan pertumbuhan laba perusahaan.

Ia mengungkapkan, dalam jangka panjang, peluang investasi di reksa dana saham jelas masih menarik. Namun di tengah situasi global yang masih volatil, ada baiknya investor melakukan diversifikasi aset dan menambah porsi kepemilikan investasi di instrumen yang memiliki tingkat korelasi rendah antar aset pada portofolionya.

"Contohnya seperti di reksa dana campuran," ujar dia.

Kondisi pasar yang dinamis menawarkan peluang yang menarik bagi investor. Berinvestasi pada beragam jenis kelas aset reksa dana sekaligus, seperti saham, obligasi, dan pasar uang dalam satu portofolio investasi dapat menjadi cara yang efektif untuk meraup peluang guna memacu pertumbuhan investasi kita.

"Reksa dana campuran memungkinkan investor untuk mendapatkan return yang lebih optimal dengan risk yang lebih terjaga," ucap Krizia.

Baca juga: Simak 4 Tips Investasi Emas untuk Investor Pemula

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com