Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Galon di 6 Daerah Terpapar BPA, BPOM Sebut Pentingnya Pengawasan dan Perbaikan Sistem

Kompas.com - 14/09/2022, 14:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan, terdapat kandungan Bisphenol A (BPA) dalam air minum dalam kemasan (AMDK) di enam daerah yakni Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara.

Dalam temuan lapangan dari tahun 2021 sampai 2022, BPOM menemukan kandungan BPA dalam AMDK di enam daerah tersebut telah melebihi ambang batas yang ditentukan, yakni 0,6 bagian per sejuta (ppm) per liter.

Bahkan, dari hasil temuan di Medan, ditemukan kandungan BPA dalam air di galon bisa mencapai 0,9 ppm per liter.

Baca juga: YLKI soal Pelabelan BPA: Tidak Ada Kompromi, Keamanan Pangan Hal yang Mendasar

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Medan Martin Suhendri mengatakan, penting untuk melakukan pengawasan dan perbaikan sistem. Tujuannya, agar 85 juta lebih konsumen AMDK galon tidak terpapar penyakit degeneratif dimasa depan.

"Proses pascaproduksi seperti transportasi dan penyimpanan AMDK galon, dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang yang tidak sesuai prosedur, diduga menjadi penyebab kandungan BPA dalam kemasan galon polikarbonat bermigrasi dalam air,” kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (14/9/2022).

"Sebagai contoh, galon yang terkena panas atau dibanting-banting,” timpal dia.

Ia mengatakan, hasil uji migrasi BPA pada AMDK yang melebihi 0,6 ppm, sebanyak 3,4 persen di antaranya ditemukan pada sarana distribusi dan peredaran.

Baca juga: Soal Pelabelan BPA, Produsen Didesak Transparan dan Dukung Regulasi BPOM

Sementara, hasil uji migrasi BPA 0,05 sampai 0,6 ppm, menyebutkan sebanyak 46,97 persen berada di sarana distribusi dan peredaran, serta 30,19 persen di sarana produksi.

Adapun uji kandungan BPA pada AMDK melebihi 0,01 ppm, sebanyak 5 persen berada di sarana produksi serta 8,6 persen di sarana distribusi dan peredarannya.

"Awalnya kandungnya BPA-nya zero, tetapi di lapangan meningkat karena penanganan yang kurang baik,” terang Martin.

Sementara, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Evi Naria mengatakan, setiap tahun terdapat 21 miliar liter produksi air minum. Sementara, sebanyak 22 persen di antaranya diproduksi dalam wadah kemasan galon.

Galon guna ulang berbahan BPA terbukti sangat dominan, karena jumlahnya mencapai 96,4 persen. Sebaliknya, air mineral dalam kemasan galon plastik jenis Polyethylene terephthalate (PET) yang bebas BPA hanya sebesar 3,6 persen.

“Banyak negara sudah melarang penggunaan BPA, seperti Perancis, Negara Bagian California di Amerika Serikat, Denmark, Malaysia, Australia, dan Swedia,” tandas Evi.

Baca juga: Peneliti Soal Pelabelan BPA: Bentuk Perlindungan kepada Anak-anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com