JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen. Hal ini dilakukan untuk stabilisasi kurs rupiah.
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira meyakini kenaikan suku bunga acuan BI akan menahan pelemahan rupiah. Sebab kurs rupiah akan terdampak jika BI tidak kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Pasalnya, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, sudah 5 kali menaikkan suku bunga acuannya sepanjang 2022, totalnya sebesar 300 bps. Dibandingkan The Fed, BI sepanjang 2022 baru 2 kali menaikkan suku bunga acuannya, totalnya 75 bps.
Baca juga: Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan BI, Ekonom: Biaya Hidup Masyarakat Jadi Lebih Mahal
Hal ini akan menyebabkan selisih ilmbal hasil antara US Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) menjadi semakin ketat. Investor global akan berburu instrumen berdenominasi dollar AS sehingga mata uang Garuda tidak lagi menarik.
"(Jika BI tidak naikkan suku bunga) dampaknya pelemahan nilai tukar rupiah bisa terjadi karena investor asing akan beralih ke instrumen dengan bunga lebih menarik," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (23/9/2022).
Saat ini berdasarkan data BI, kurs rupiah memang telah terdepresiasi 4,97 persen sejak Januari sampai 21 September 2022 dibandingkan akhir 2021 dan terdepresiasi 1,03 persen secara poin to poin dibandingkan dengan akhir Agustus 2022.
Namun, depresiasi kurs rupiah relatif lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 7,05 persen, Malaysia 8,51 persen, dan Thailand 10,07 persen.
Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Bank Bakal Segera Kerek Bunga Kredit?
Bhima menjelaskan, jika kurs rupiah melemah, maka dampak ke inflasi barang impor akan meningkat lantaran biaya untuk impor barang semakin mahal.
"Kalau kurs rupiah melemah risiko imported inflation lebih berbahaya," ungkap Bhima.
Dengan demikian, harga barang-barang impor terutama bahan pangan seperti gula, garam, kedelai, dan gandum akan semakin mahal. Sementara harga bahan pokok di Indonesia masih ada yang mengandalkan impor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.