Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Ekonomi 2023 Akan Gelap, Jokowi: Saya Menyimpulkan Perang Rusia-Ukraina Akan Lama

Kompas.com - 27/09/2022, 08:37 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa perang Rusia-Ukraina masih akan berlangsung lama.

Kesimpulan itu menurut Presiden, setelah dirinya bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy  dan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu.

“Saya bertemu dengan Presiden Zelenskyy dan satu setengah jam berdiskusi, serta presiden Putin dua setengah jam berdiskusi, saya menyimpulkan perang tidak akan segera selesai, akan lama,” kata Jokowi di ICE – BSD, Senin (26/9/2022).

Baca juga: Jika RI Ngotot Beli Minyak Rusia, Ini Beberapa Konsekuensi yang Harus Ditanggung

Menurut Jokowi, dengan konflik Rusia dan Ukraina yang terus berlangsung ini akan berdampak pada negera lainnya. Ia memperkirakan, tahun 2023 ekonomi dunia akan semakin gelap sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak Ferbruari 2022.

“Dunia sekarang ini pada posisi yang tidak gampang dan betul-betul sulit di mana tahun depan akan lebih gelap,” lanjut dia.

Jokowi mengatakan, beberapa dampak yang dirasakan oleh Indonesia dan dunia akibat perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung usai ini, seperti krisis energi, pangan, dan finansial akan membebani pergerakan ekonomi di tahun 2023.

“Itu akan berakibat pada kesulitan lain, seperti krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, Covid-19 yang belum pulih, dan akibatnya kita tau sekarang ini saja 19.600 orang mati karena kelaparan, karena krisis pangan,” lanjut Jokowi.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 berisiko tumbuh lebih rendah ini juga disertai dengan tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

Pelambatan pertumbuhan perekonomian global ini terutama terjadi di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) yang tahun ini tumbuh 2,1 persen tapi tahun depan diperkirakan hanya tumbuh 1,5 persen.

“Tahun depan kami perkirakan turun jadi 2,7 persen bahkan ada beberapa risiko yang menjadikan ke 2,6 persen. Hal ini juga terjadi di Eropa yang pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan 2,1 persen, tahun depan lebih rendah menjadi 1,2 persen dan Tiongkok tahun ini tumbuh 3,2 persen dan tahun depan 4,6 persen,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/9/2022) lalu.

Penurunan pertumbuhan ekonomi ini disertai dengan risiko resesi di sejumlah negara maju. Selain itu, volume perdagangan dunia juga tetap rendah. Perry menatakan, faktor yang mendorong pelambatan pertumbuhan ekonomi global 2023 mencakup gangguan mata rantai pasokan global, kebijakan proteksi diberbagai negara, konflik geo politik, dan respons kebijakan suku bunga yang agresif di AS dan sejumlah negara.

Baca juga: Jokowi Sebut Tahun 2023 Akan Lebih Gelap akibat Perang Rusia-Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com