Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kenaikan Suku Bunga AS Berdampak pada Banyak Negara...

Kompas.com - 30/09/2022, 14:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNN

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve atau The Fed fokus untuk membendung tingkat inflasi di negaranya. Namun demikian, hal tersebut ternyata berdampak besar untuk negara-negara lain di dunia.

Kenaikan suku bunga AS secara tidak langsung membuat bank sentral di negara lain ikut menaikkan suku bunga dengan lebih cepat dan lebih tinggi. Sedangkan dollar AS menguat dan menekan nilai mata uang negara lain.

"Kami melihat The Fed menjadi agresif seperti sejak awal 1980-an. Mereka bersedia mentolerir pengangguran yang lebih tinggi dan resesi. Itu tidak baik untuk pertumbuhan internasional,” kata Kepala Pasar Global ING, Chris Turner, dilansir dari CNN, Jumat (30/9/2022).

Baca juga: Lowongan Kerja RANS Entertainment, Ini Syarat dan Posisi yang Dibutuhkan

The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin selama tiga pertemuan berturut-turut. Sedangkan, kenaikan yang lebih besar diramalkan akan segera terjadi.

Hal ini membuat negara lain di seluruh dunia mengikuti langkah tersebut. Langkah ini dibuat karena ketika negara lain tertinggal terlalu jauh di belakang The Fed, investor dapat menarik uang dari pasar keuangan mereka. Itu berpotensi menyebabkan masalah serius.

Dalam sepekan terakhir, bank sentral di Swiss, Inggris, Norwegia, Indonesia, Afrika Selatan, Taiwan, Nigeria, dan Filipina mengikuti The Fed dalam menaikkan suku bunga.

Langkah The Fed juga telah mendorong dollar AS ke level tertinggi dalam 20 tahun terakhir dibandingkan sejumlah mata uang utama.

Hal ini sebenarnya memberi manfaat bagi orang Amerika Serikat yang ingin berbelanja ke luar negeri. Namun demikian, hal tersebut menjadi berita buruk bagi negara lain karena nilai yuan, yen, rupee, euro, dan pound jatuh.

Baca juga: Jokowi Mau Suntik Proyek Kereta Cepat Pakai APBN Rp 3,2 Triliun


Dengan begitu, biaya impor jadi melonjak terutama untuk barang-barang penting seperti makanan dan bahan bakar.

Peristiwa ini membuat negara lain mengambil langkah penyelamatan. Jepang misalnya, melakukan intervensi Kamis lalu untuk pertama kalinya dalam 24 tahun untuk menopang yen. Hal ini lantaran mata uang yen telah jatuh 26 persen terhadap dollar AS sepanjang tahun ini.

China mengawasi pasar mata uang setelah perdagangan yuan dalam negeri meluncur ke level terendah terhadap dollar AS sejak krisis keuangan global.

Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengingatkan depresiasi tajam euro telah menambah peningkatan tekanan inflasi.

Baca juga: BPOM: Mie Sedaap yang Ditarik di Hong Kong Beda dengan di RI

Di sisi lain, Bank Dunia baru-baru ini memperingatkan bahwa risiko resesi global pada 2023 telah meningkat karena bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga pada saat yang sama sebagai respons terhadap inflasi.

Tren tersebut dapat mengakibatkan krisis keuangan di antara negara berkembang yang sebagian masih belum pulih dari pandemi.

Baca juga: Dulu Jokowi Berkali-kali Janji Kereta Cepat Haram Gunakan APBN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Keluar di Gerbang Tol Ini, Bekasi-Yogyakarta Hanya 8 Jam 8 Menit

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru pada Sabtu 4 Mei 2024

Spend Smart
Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Antisipasi Darurat Pangan, Kementan Bagikan Pompa Irigasi Gratis di Jawa Timur

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com