JAKARTA, KOMPAS.com - Semarak pekan diskon berbelanja yang dihadirkan e-commerce memang selalu dinanti-nantikan oleh konsumen. Biasanya pada tanggal kembar setiap bulannya, berbagai e-commerce mulai berlomba menawarkan produk-produk dengan harga yang miring.
Sampai pada akhirnya, puncak belanja online akan jatuh pada tanggal kembar bulan terakhir setiap tahunnya atau sering disebut 12.12.
Pekan belanja online ini memang menjadi salah satu hal yang ditunggu oleh konsumen. Lantaran ada saja produk menarik yang ditawarkan e-commerce, atau promo-promo yang sulit untuk dilewatkan pada tanggal kembar tersebut.
Baca juga: Kementerian BUMN Pastikan Dana PMN Tidak Lari ke Proyek IKN
Misalnya, beberapa e-commerce memiliki promo belanja serba 9.999 atau 999, tak jarang ada gadget keluaran terbaru yang dapat diperebutkan dalam daftar itu.
Promo tanggal kembar ini sering menjadi waktu khusus bagi konsumen untuk melakukan ritual belanja. Tentu saja, perputaran uang pada tanggal kembar setiap bulannya berjujuh seiring dengan aktivitas belanja konsumen.
Tak jarang, konsumen dalam berbelanja online menggunakan salah satu fasilitas kredit buy now pay later (BNPL) atau karib dikenal paylater. Penggunaan paylater memang kian digemari masyarakat 2 sampai 3 tahun belakangan, terutama saat terjadi pandemi Covid-19 lalu.
Seperti telah diberitakan, Direktur Utama IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengatakan, produk paylater telah memproses 78 juta fasilitas pinjaman selama Januari hingga Juli 2022.
Baca juga: Cek Rute dan Jadwal Terbaru KA Argo Muria Jakarta-Semarang
Adapun dalam rentang waktu tersebut, total nilai pinjaman paylater mencapai nilai Rp 3,1 triliun.
"Artinya ini menunjukkan dalam periode singkat pertumbuhan BNPL ini sudah mengalahkan dari sisi total fasilitas kredit produk-produk (kredit) lainnya yang ada di perbankan atau multifinance," ujar dia.
Gayung bersambut, tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap produk paylater dibarengi dengan banyaknya lembaga keuangan seperti perbankan, multifinance, fintech, hingga e-commerce yang meluncurkan fasilitas kredit berupa paylater.
Di sisi lain, peningkatan penggunaan paylater ini juga sejalan dengan risiko non performing loan (NPL) alias kredit macetnya.
Baca juga: PermataBank Gratiskan Layanan Transfer BI-FAST di PermataMobile X
Pada Juli 2022, kredit macet dari paylater mencapai 6,49 persen. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan NPL kredit motor dan kredit pemilikan rumah yang masing-masing sebanyak 3,3 persen.
Kredit macet paylater juga masih lebih tinggi ketika dibandingkan dengan NPL KKB mobil, kartu kredit, dan kredit Tanpa Agunan (KTA) yang ada pada kisaran 2 persen.
Namun demikian, dalam menghadapi situasi ekonomi yang dibayang-bayangi inflasi, paylater ternyata memiliki peran untuk dapat menjaga daya beli masyarakat.
VP Marketing and Communications Kredivo Indina Andamari mengatakan, keadaan inflasi yang menjadi relevan pada saat ini memiliki situasinya mirip-mirip pandemi. Situasi ini membuat paylater menjadi opsi pembayaran masyarakat dalam mengatur pengeluaran sesuai dengan kemampuannya.
"Paylater sebenernya membantu untuk meningkatkan daya beli secara instan. Dia tidak hanya relay-on dana yang dia punya," ucap dia.
Selain itu, perkembangan paylater juga berpotensi meningkatkan inklusi keuangan bagi konsumen yang belum memiliki akses ke keuangan digital. Salah satu alasannya adalah karena paylater dapat dengan mudah digunakan masyarakat.
Baca juga: Ini Cara Seedbacklink Bantu UMKM Masuk ke Platform Digital
Namun demikian, masyarakat perlu untuk membatasi nilai pinjaman paylater sesuai dengan kemampuan membayar. Masyarakat juga diharapkan dapat segera melunasi cicilan atau pinjaman paylater tepat waktu.
Sebelum meminjam, masyarakat perlu untuk memahami kontrak perjanjian. Dalam hal itu, termasuk juga tingkat suku bunga atau biaya layanan paylater.
Selain itu, masyarakat perlu benar-benar memahami konsekuensi bunga dan denda keterlambatan yang dimiliki paylater.
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, sebagai fasilitas kredit konsumsi, paylater sebenarnya sama dengan kartu kredit atau pinjaman kredit tanpa agunan (KTA).
Baca juga: Kata Sri Mulyani, Inggris Krisis akibat Kebijakan Ekonomi Mereka Sendiri
"Bedanya paylater melekat pada aplikasi digital sehingga proses verifikasinya jauh lebih cepat dari jenis kredit lainnya," ujar dia.
Untuk itu, konsumen jangan sampai kaget atau mengeluh soal denda keterlambatan sebesar 5 persen per hari atau perihal bunganya yang tinggi. Hal tersebut biasanya sudah dijelaskan dalam persyaratan mengajukan paylater.
"Kesalahan tadi tidak bisa sepenuhnya menyalahkan paylater. Jika tidak benar-benar butuh berutang, alangkah baiknya menabung terlebih dahulu," ujar dia.
Saat ini, menabung juga dapat dilakukan dengan cara yang mudah, misalnya melalui bank digital. Banyak bank digital yang menawarkan kemudahan betransaksi.
Salah satu bank digital yang dapat digunakan adalah Line Bank by Hana Bank. Bank digital ini menawarkan bebas biaya bulanan alias 0 rupiah. Selain itu, bank ini juga menawarkan transfer dan tarik tunai tanpa biaya.
Line Bank juga menawarkan gratis biaya pada layanan isi pulsa, transfer e-wallet, zakat, sampai membayar listrik.
Bank digital ini juga menyediakan fasilitas kredit tanpa agunan (KTA) dengan bunga mulai dari 0,88 persen per bulan.
Baca juga: Link dan Cara Skrining Kesehatan BPJS Kesehatan secara Online
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.