Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Global Tahun Depan Tak Menentu, Segera Siapkan Dana Darurat yang Likuid, Mudah Diakses, dan Aman

Kompas.com - 11/10/2022, 16:04 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepemilikan dana darurat menjadi semakin penting di tengah kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu. Ini diutarakan oleh sejumlah perencana dan praktisi keuangan.

Sebagaimana diketahui, berbagai lembaga riset dan keuangan telah memproyeksi bahwa perekonomian global akan memasuki jurang resesi pada 2023, imbas dari kenaikan suku bunga bank sentral yang agresif. Fenomena tersebut kemudian berpotensi mengganggu sumber pendapatan individu.

Oleh karenanya, masyarakat disarankan untuk menyiapkan kembali pos dana daruratnya. Ini untuk mengantisipasi kondisi tidak terduga, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengurangan pendapatan usaha.

Baca juga: Resesi Global di Depan Mata, Waktunya Kurangi Investasi dan Simpan Uang Tunai?

Dana darurat bukan hanya di tabungan

Dalam menyiapkan dana darurat, masyarakat tidak harus menempatkan seluruh dananya ke tabungan. Pasalnya, nilai dana yang ditaruh di tabungan berpotensi tergerus oleh kenaikan harga komoditas atau inflasi.

Instrumen investasi dinilai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat penyimpanan darurat. Dengan demikian, potensi keuntungan masih bisa diperoleh individu.

Namun demikian, tidak semua instrumen investasi bisa digunakan sebagai pos dana darurat. Terdapat sejumlah kriteria yang perlu dipenuhi, agar instrumen investasi dapat menjadi dana darurat.

Baca juga: Gara-gara Krisis dan Inflasi, Jokowi: 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF

Instrumen investasi apa untuk dana darurat?

Retail Proposition Divition Head OCBC NISP Chinni Yanti Tjhin mengatakan, terdapat tiga kriteria utama instrumen investasi dapat digunakan sebagai dana darurat, yakni likuid, mudah diakses, dan aman.

Untuk kriteria likuid, artinya masyarakat harus memilih aset yang bisa dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu relatif singkat. Masyarakat tidak disarankan untuk memilih instrumen investasi yang sulit untuk diubah menjadi uang.

"Kalau misal analogi saya beli tanah murah semua uang saya pakai buat beli tanah, apakah tanah masuk ke aset yang likuid? Tidak, karena pencairannya butuh proses yang tidak singkat," tutur dia, di Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Baca juga: Generasi Milenial Wajib Punya Dana Darurat, Bagaimana Cara Menyiapkannya?

Kemudian, instrumen investasi yang dapat dipilih untuk dana darurat juga harus aman. Artinya, nilai dari dana yang ditempatkan tidak bergerak sangat volatil atau mudah beruba-ubah.

"Misal beli saham, enggak cocok untuk dana darurat. Mungkin itu bisa buat instrumen investasi," kata Yanti Tjhin.

"Aman paling enggak, pokoknya enggak terlalu banyak volatilnya. Prinsip dasarnya, fundamentalnya jangan terlalu banyak bergerak," tambah dia.

Terakhir, instrumen investasi yang dipilih juga harus mudah diakses. Sehingga, ketika terjadi kondisi yang tidak terduga, masyarakat bisa dengan mudah menarik dana daruratnya.

Jika melihat kriteria tersebut, masyarakt bisa memilih instrumen investasi seperti deposito bank atau reksa dana keuangan. Pasalnya kedua instrumen tersebut berkaitan dengan bank, sehingga lebih mudah diakses masyarakat.

Itu lah kriteria-kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk masyarakat dalam memilih instrumen investasi sebagai penempatan dana daruratnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com