Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firman El Amny Azra
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang belajar menulis.

Menakar Dampak Tahun Politik terhadap Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 18/10/2022, 06:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Meskipun dampak pemilu terhadap pertumbuhan masih tidak signifikan, namun pelaksanaan pemilu 2024 diprediksi cukup mampu memengaruhi perilaku konsumsi dan jumlah uang beredar dalam jangka pendek.

Pada pelaksanaan pemilu diprediksi akan terjadi peningkatan konsumsi dan jumlah uang beredar karena adanya biaya politik yang harus dikeluarkan calon legislator, calon presiden dan juga partai politik dalam berkontestasi di pemilu tersebut.

Dampak pemilu tersebut dapat dilihat dari peningkatan Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (PK-LNPRT).

Pada pemilu 2019, misalnya, LNPRT tercatat tumbuh 16,93 persen pada kuartal I-2019 jauh lebih tinggi dari kuartal I-2018 yang hanya tumbuh 8,10 persen.

Pertumbuhan PK-LNPRT bahkan jauh lebih tinggi lagi pada pemilu 2014, di mana PK-LNPRT tercatat tumbuh 23,15 persen pada kuartal I-2014, sangat jauh jika dibandingkan kuartal I-2013 yang hanya tumbuh 6,52 persen.

Pemilu 2024 berpotensi memberikan dampak pertumbuhan PK-LNPRT yang lebih tinggi dari pemilu 2019 karena tidak adanya incumbent dalam kontestasi pilpres akan mendorong persaingan yang lebih ketat dari para calon presiden dan partai pengusungnya.

Besarnya pengeluaran biaya politik tersebut secara otomatis akan meningkatkan jumlah uang yang beredar.

Para calon legislator, calon presiden, dan partai politik biasanya melakukan pembelian berbagai atribut seperti kaos, flyer, belanja iklan, penyewaan mobil dan juga penyewaan tempat kampanye.

Penelitian LPEM FEUI pada tahun 2014, menyebutkan bahwa pemilu terbukti memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah uang yang beredar selama kuartal menjelang pemilu dan saat pemilu.

Sebagai gambaran pada penelitian tersebut diestimasikan pemilu 2014 membangkitkan dampak tidak langsung dan tidak langsung pada pemilu 2014 sebesar Rp 205 triliun, yang terdiri dari Rp 115 triliun dampak langsung dan Rp 89 triliun dampak tidak langsung.

Berkaca pada meroketnya biaya penyelenggaraan pemilu 2024 sebesar 431 persen dibanding pelaksanaan pemilu sebelumnya, maka dapat dipastikan besar suntikan dana yang akan terjadi pada pemilu 2024 akan lebih besar lagi.

Namun, dampak ekonomi terbesar dari pemilu 2024 kemungkinan besar tidak datang dari pengeluaran biaya kampanye.

Dampak ekonomi terbesar dari pemilu 2024 akan datang dari berbagai perubahan kebijakan yang akan dilahirkan dari hasil kontestasi tersebut. Baik atau buruknya dampak ekonomi pemilu 2024 akan ditentukan dari hasil pemilu 2024.

Hasil pemilu 2014, pasangan Jokowi-Kalla ditentukan sebagai pemenang pilpres. Hasil tersebut kemudian menentukan arah kebijakan ekonomi Indonesia hingga saat ini yang banyak berorientasi kepada pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi dan penyederhanaan birokrasi.

Perubahan-perubahan tersebut tidak saja akan dinikmati dalam 10 tahun terakhir, tetapi juga bermanfaat hingga puluhan tahun berikutnya.

Berkaca pada sejarah tersebut, jika pemilu 2024 menghasilkan para legislator dan eksekutif yang mempunyai visi misi kebijakan ekonomi yang baik, maka dampak jangka panjangnya akan sangat dirasakan tidak hanya untuk 5 tahun kedepan, tetapi juga berdampak hingga puluhan tahun selanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com