Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Bicara 'Paradoks' Perekonomian Global Saat Ini, Hadapi Deglobalisasi Tapi Perlu Diselesaikan Bersama

Kompas.com - 11/11/2022, 20:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian dunia tengah menghadapi sejumlah tantangan baru. Salah satu di antaranya ialah kondisi geopolitik yang dihadapi oleh deglobalisasi atau fragmentasi global.

Fenomena deglobalisasi atau mulai berkurangnya ketergantungan antar satu negara dengan negara lain mulai terlihat dari kebijakan sejumlah negara untuk menutup keran ekspor sejumlah komoditas, guna memastikan kebutuhan dalam negeri serta menjaga stabilitas harga komoditas tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, selama 4 dekade terakhir globalisasi menjadi satu hal yang diyakini tidak akan terhentikan. Namun, saat ini keyakinan tersebut menghadapi tantangan.

Baca juga: Sri Mulyani Optimistis Ekonomi 2022 Bisa Capai 5,3 Persen

"Kita lihat sekarang fragmentasi geopolitik menjadi menu of the day," ujarnya, dalam 4th Indonesia Fintech Summit, Jumat (11/11/2022).

Bendahara negara itu menilai, permasalahan tersebut bukan lah permasalahan yang hanya dihadapi satu negara saja. Menurutnya, sebesar atau sekuat apapun suatu negara, tidak akan mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.

Oleh karenanya, Sri Mulyani bilang, untuk menghadapi tantangan fragmentasi globalisasi yang dihadapi saat ini, justru diperlukan kerja sama antara satu negara dengan negara lain. Kolaborasi menjadi kunci menghadapi tantangan tersebut.

"Jadi ini terlihat seperti satu hal yang berlawanan. Di satu sisi, kita melihat ada tendensi fragmentasi mejadi inward looking. Di sisi lain, negara menghadapi ancaman global yang membutuhkan tiap negara untuk berkolaborasi dan bekerjsama," tuturnya.

Baca juga: Sri Mulyani Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV-2022 Akan Melambat, Ini Sebabnya

Jaga sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri

Meskipun demikian, Sri Mulyani menilai, guna merespons kondisi perekonomian global yang tengah tidak menentu, salah satunya disebabkan oleh fragmentasi global, menjaga sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam negeri menjadi penting. Ia bilang, ini bukan terkait dengan proteksionisme ekonomi.

"Tapi kita ingin memastikan bahwa sumber pertumbuhan domestik akan terus berkontribusi kepada perekonomian," katanya.

Adapun sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang dimaksud ialah, konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah. Dengan kondisi perekonomian yang sangat volatil, negara tidak bisa bergantung kepada sumber pertumbuhan ekonomi seperti ekspor-impor saja.

"Ekspor tentu akan sangat tergantung bagaimana kondisi perekonomian dunia," ucapnya.

Baca juga: Alasan Sri Mulyani Naikkan Cukai Rokok: Banyak ABG Merokok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Utang Pemerintah ke Bulog Capai Rp 16 Triliun, Dirut: Hampir Semua Sudah Dibayarkan

Whats New
Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Kian Susut, Surplus APBN Tinggal Rp 8,1 Triliun

Whats New
IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com