Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Pengeluaran Masyarakat Indonesia untuk Kesehatan Sangat Rendah

Kompas.com - 25/11/2022, 17:57 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat pengeluaran rata-rata untuk kesehatan (average health spending) masyarakat Indonesia sebesar 112 dollar AS per kapita per tahun dengan rata-rata usia hidup (average life) masyarakat 72 tahun.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Malaysia pengeluaran rata-rata untuk kesehatannya 431 dollar AS per kapita per tahun dan rata-rata usia hidupnya 76 tahun.

Begitu pun dengan Jepang dan Singapura yang angka average health spending-nya masing-masing sebesar 4.800 dollar AS dan 2.800 dollar AS dengan average life masyarakatnya masing-masing 84 tahun dan 80 tahun.

Baca juga: BPJS Watch: Bukan Melarang, Seharusnya Menkes Ajak Orang Kaya Segera Daftar BPJS Kesehatan

Sementara average health spending masyarakat Amerika Serikat (AS) sebesar 10.000 dollar AS per kapita per tahun dengan average life 79 tahun.

"Spending ini akan naik sejalan dengan menuanya populasi kita. Jadi kalau population ageing (penuaan populasi) nanti pasti health spending-nya lebih besar," ujarnya saat Kompas100 CEO Forum Ke-13 di The Westin Jakarta, Jumat (25/11/2022).

Dia mengungkapkan, dari data tersebut terlihat negara yang paling efisien sistem kesehatannya ialah Singapura. Pasalnya average health spending Singapura lebih kecil dari AS dan Jepang tapi average life-nya mampu melebihi AS dan hampir menyamai Jepang.

"Semua orang Singapura setahunnya bayar biaya kesehatan 2.800 dollar AS tapi they can life sampai 80 tahun sama seperti orang Jepang yang bayar 4.800 dollar AS untuk hidup 80 tahun, lebih baik dari orang Amerika yang harus keluarin uang 10.000 dollar AS setahun untuk hidupnya cuma 79 tahun," jelasnya.

Baca juga: Menkes Minta Orang Kaya Tidak Pakai BPJS Kesehatan, YLKI: Kalau Gitu Ubah Dulu UU-nya


Menurutnya, sistem kesehatan Singapura dan Jepang dapat lebih efisien dari Indonesia lantaran kedua negara tersebut lebih banyak menerapkan sistem mencegah daripada mengobati.

Sementara masyarakat Indonesia selama ini baru akan berobat jika sudah merasakan sakit sehingga angka average life-nya lebih kecil dari negara lain dan average health spending-nya juga jauh lebih rendah dari negara lain.

"Pesan saya buat teman-teman, hidup yang sehat adalah hidupnya yang mencegah, bukan mengobati, yang preventif bukan yang kuratif," tuturnya.

Oleh karenanya, Kemenkes berupaya untuk mendorong agar arah sistem kesehatan dalam negeri lebih banyak untuk mencegah dan mendeteksi penyakit sejak dini.

"Saya juga bilang BPJS dan asuransi kesehatan bayarnya lebih banyak mulai yang ke promotif preventif. Jadi 14 skrining kesehatan sekarang sudah di-cover BPJS. sebelumnya kesemuanya hanya kuratif saja," ungkapnya.

Baca juga: Menkes Sebut Bakal Ada BPJS Kesehatan Khusus untuk Orang Kaya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Redesain Logo BTN Menuju Era Digitalisasi

Redesain Logo BTN Menuju Era Digitalisasi

Whats New
Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Whats New
Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpontesi Ditambah

Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpontesi Ditambah

Whats New
Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Stereotipe Penilaian Kredit Perbankan

Whats New
Investasi Mangkrak Senilai Rp 149 Triliun Tidak Bisa Dieksekusi

Investasi Mangkrak Senilai Rp 149 Triliun Tidak Bisa Dieksekusi

Whats New
BKN: Hingga Maret 2024, 55 orang ASN Dimutasi ke Otorita IKN

BKN: Hingga Maret 2024, 55 orang ASN Dimutasi ke Otorita IKN

Whats New
Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Menteri KP Sebut Hasil Penambangan Pasir Laut Bukan untuk Diekspor

Whats New
Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Soal Penundaan Pembatasan Barang Bawaan dari Luar Negeri, Bea Cukai: Harus Diatur Kembali oleh Mendag

Whats New
Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Apindo Imbau Pengusaha Bayar THR 2024 Tepat Waktu

Whats New
Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Selasa 19 Maret 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Pengusaha Telat Bayar THR, Siap-siap Kena Denda

Whats New
Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Satgas UU Cipta Kerja Gelar Workshop Besama Ikatan Pengusaha Wanita di Hari Perempuan Internasional

Whats New
Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Sri Mulyani Laporkan Dugaan Fraud Rp 2,5 Triliun, LPEI Buka Suara

Whats New
Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Sepanjang Ramadhan, Stok Batu Bara untuk Pembangkit Listrik Dipastikan Aman

Whats New
Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Ramai Aturan Baru soal Pembatasan Barang Bawaan Penumpang: Gampang Kok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com