JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bercerita mengenai perjuangannya mempertahankan bisnis maskapai penerbangannya, Susi Air, selama pandemi Covid-19.
Saat pandemi Covid-19 yang mencapai puncak di 2020, pemerintah dalam upaya mencegah penyebaran menutup bandara-bandara di Indonesia sehingga penerbangan berhenti beroperasi.
Kebijakan tersebut membuat bisnis maskapai penerbangan sangat terpuruk lantaran pergerakan pesawat dan jumlah penumpang di semua bandara di Indonesia turun signifikan.
Dampak tersebut juga turut dirasakan Susi Air, dari mulanya bisa mengantongi penghasilan hingga Rp 300 juta per hari menjadi tidak ada penghasilan sama sekali. Kondisi ini berlangsung selama 5 bulan.
Baca juga: Cerita Bisnis Cerutu Golden Djawa dari Jember, Mejeng di Pagelaran KTT G20
Padahal ketika pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia di awal 2022, kondisi Susi Air masih baik-baik saja karena penerbangan masih boleh dilakukan.
"Tidak ada yang pesen tiket karena tidak ada terbang, nothing. Incomenya juga nothing, yang biasa sehari Rp 200 juta-Rp 300 juta ini nothing, so that's how bad it is," ujarnya saat konferensi pers di The Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta, Senin (28/11/2022).
Di sisi lain, Susi mengaku dia masih harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 30 miliar per bulan untuk membayar gaji seluruh karyawan Susi Air.
Oleh karena itu, Susi langsung melakukan langkah pemotongan biaya operasional yang tidak diperlukan dengan cara menutup kantor-kantor Susi Air di Jakarta hingga menutup 3 apartemen di Jakarta.
"Saya mulai ancang-ancang, oke kalau ada yang tidak perlu ya tidak perlu we keep again. Kita harus berani resizing cost, resizing facility, resizing everything karena sudah berubah," ucapnya
Bahkan di bulan ketiga setelah pemerintah menutup penerbangan, dia terpaksa harus memotong 25-30 persen gaji karyawan demi bisa memperpanjang usia maskapainya dua bulan lebih lama.
Pasalnya berdasarkan perhitungan Susi, jika dia tidak memotong gaji karyawan dikhawatirkan bisnis maskapai ini akan kolaps dalam waktu 3 bulan. Sementara jika gaji karyawan dipotong 25 persen maka dapat bertahan sampai 5 bulan dan jika dipotong 30 persen dapat bertahan sampai 7 bulan ke depan.
"Tapi kita tidak bisa putus, pilot-pilot, staff-staff kan kita tidak bisa putus. Bulan pertama kita tidak kasih discount sallary, bulan kedua juga tidak, kita pikir oh mungkin bulan ketiga akan oke, tapi bulan keempat dan kelima sorry saya harus potong sedikit 25 persen dan yang gajinya gede banget 30 persen," jelasnya.
Kendati bisnis maskapainya saat itu sedang carut-marut, Susi tidak berpangku tangan meratapi nasibnya. Dia tetap berusaha mencari sumber penghasilan lain dan terus melakukan perhitungan pengeluaran dengan ketat agar kondisi keuangannya tetap terjaga.
"Waktu itu karena saya ini orangnya tidak bisa diam jadi selama masa pandemi, oke penerbangan selesai tidak bisa penerbangan 5 bulan. Tapi tidak selesai we doing nothing, jadi ya pikir ini pikir itu, mulai bikin ini bikin itu, bangun cafe, bangun ini bangun itu, many thing yang continue dengan media sosial, saya terima tawaran jadi host TV," tuturnya.
Baca juga: Uang Pensiun Anggota DPR Jadi Sorotan, Susi Pudjiastuti: Menteri Juga Tidak Perlu Diberi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.