Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

Vale Bangun Industri Nikel dengan Dana Rp 131 Triliun

Kompas.com - 01/12/2022, 11:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika banding pemerintah Indonesia di WTO terkait gugatan larangan ekspor nikel oleh negara-negara Eropa ditolak, pengusaha-pengusaha nikel yang memiliki konsensi kecil-kecil inilah yang mendapat untung, meskipun merugikan negara. Mereka tidak pernah berpikir membangun industri tambang di negeri ini.

Penjualan nikel dalam bentuk bijih mentah itu yang membuat tata niaga nikel kita semrawut. Illegal mining tak terhindar. Degradasi lingkungan hidup dan deforestasi bertambah parah.

Produsen-produsen nikel di negeri ini mestinya belajar dari cara Vale membangun sektor hilir tambang. Sejak beroperasi di Sorowako tahun 1973, Vale tidak menjual bijih nikel mentah untuk diekspor.

Sejak beroperasi di Tanah Air, Vale membangun smelter nikel dengan kapasitas di atas 72.000 matrik ton nickle matte. Hal ini memberikan multiplier effect bagi pembangunan di Sorowako, Sulawesi Selatan. Pembangunan smelter di Sorowako mampu mempekerjakan ribuan pekerja dari seluruh tanah air.

Perusahaan itu juga melakukan reklamasi pasca tambang di Sorowako dengan rapi. Lahan bekas galian tambang ditutup kembali dan sekarang Sorowako menjadi kota yang rapi dan segar. Sepanjang jalan di tanaman pohoh-pohon hijau.

Vale juga membangun bandara Sorowako yang membuat warga bisa dengan bebas beterbangan ke Makasar, Jakarta, atau kota besar di manapun di republik ini. Rumah sakit, sekolah, dan banyak infrastruktur dibangun di sekitar wilayah tambang.

Vale memperhatikan masyarakat lingkar tambang, meskipun ada riak-riak protes masyarakat. Namun, resistensi masyarakat sekitar tambang terhadap Vale sangat kecil dibandingkan resistensi masyarakat Papua terhadap tambang Freeport Indonesia yang beroperasi di Grasberg.

Untuk pengembangan smelter nikel Sorowako, Vale menggunakan danau Matano untuk pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas di atas 300 MW. Listrik sebesar itu digunakan untuk pengembangan proyek dan membantu masyarakat sekitar Sorowako dan Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Pengembangan PLTA juga membuka mata kita bahwa perusahaan itu sudah lama memelopori pengembangan transisi energi di tambang dengan menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan untuk pembangunan tambang.

Di Pomala dan Bahodopi juga, Vale menggunakan energi transisi untuk pengembangan proyek jumbo. Untuk pembangunan proyek ini, Vale menggunakan Liqufied Natural Gas (LNG) yang ramah lingkungan dan zero-carbon. Vale tidak menggunakan batu bara untuk menopang kelistrikan tambang.

Baca juga: Tolak Perpanjang Kontrak, Gubernur Sulsel Ingin Ambil Alih Lahan Tambang Vale

Saya berharap, masih akan ada produsen-produsen tambang lainnya di negeri ini yang siap membangun proyek hilir tambang. Meskipuan negara-negara Eropa sudah menang di WTO terkait pelarangan ekspor nikel, produsen tambang domestik tak terganggu dengan keputusan perdagangan global itu. Produsen-produsen nikel dalam negeri bahu-membahu melawan dengan cara elegan, membangun pabrik smelter dan tak menjual bijih nikel dalam bentuk mentah.

Jika ada pengusaha kecil yang tak sanggup membangun smelter, silakan membeli bijih nikel dengan Harga Patokan Pemerintah (HPM) agar mereka juga tak dirugikan dan tak tergoda menjual bijih nikel keluar. Mari membangun industri tambang di negeri ini. Vale sudah memelopori itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com