Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Resep Ekonomi Pasca-pandemi: Reformasi untuk Pemulihan

Kompas.com - 05/12/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARI Rabu, 30 November 2022 yang lalu di Bappenas dilangsungkan "Bappenas Economic Public Lecture Series 2022."

Tahun ini diundang Dr. Aaditya Matto, Chief Economist, East Asia and Pacific Region (EAP), World Bank. Ekonom senior World Bank berlatar belakang bidang Trade and Development, lulusan S3 dari Oxford dan Cambridge University di Inggris.

Lecture series tersebut dibuka oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dan mendengarkan speech dari yang bersangkutan dengan discussant Prof. Bambang Brodjonegoro dari FEB-UI (mantan Menteri Bappenas/Keuangan) dan Dr. Arianto Patunru dari LPEM-UI dan Visiting Scolar di ANU (Australian National University), Australia.

Acara ditutup dengan kesimpulan Dr. Amalia Adininggar Widyasari, Deputi Ekonomi Bappenas.

Lecture dengan topik Reform for recovery (Reformasi untuk Pemulihan) merupakan laporan kajian mutakhir (Oktober 2022) dari Bank Dunia mengenai kondisi ekonomi Kawasan Asia Pasifik dan kebijakan reformasi yang diperlukan untuk pemulihan ekonomi dalam jangka pendek dan panjang.

Disarikan oleh Dr. Matto dan kawan-kawan bahwa pada pasca-Covid pertengahan 2021 hingga kuartal ketiga tahun 2022, kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia tumbuh lebih cepat dan mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan sebagian besar kawasan lainnya.

Namun karena China masih memberlakukan “lock down” akibat kebijakan zero covid-19, pertumbuhan kawasan belum optimal. Pembatasan aktivitas di China tersebut mengganggu rantai pasokan, produksi industri dan jasa, penjualan domestik, dan ekspor di kawasan EAP.

Di samping faktor China, kedepannya ada tiga risiko terkait pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan: perlambatan ekonomi global, peningkatan utang, dan distorsi kebijakan.

Semua negara EAP mengalami kenaikan beban utang. Utang Indonesia meningkat dari 35 persen menjadi sekitar 45 persen dari PDB tahun 2022.

Sementara pertumbuhan investasi publik dan pemerintah menurun menjadi 3 persen dari PDB (2020-22), dari 10 persen dari PDB (2015-2019) per tahun.

Laporan ini memberikan evaluasi dan program reformasi mulai dari kebijakan transfer dari subsidi, transformasi green economy, technology adoption, kebijakan perdagangan, produktivitas SDM dan berbagai kebijakan yang lebih efisien.

Reformasi kebijakan dapat membantu rumah tangga dan perusahaan mengatasi kesulitan tanpa mengganggu pencapaian tujuan pertumbuhan jangka panjang.

Dalam pengantarnya, laporan Reform for Recovery menyitir dampak perkembangan ekonomi global bagi ekonomi kawasan EAP.

EAP countries are facing to a varying degree a combination of external and self-created problems: a slowing world economy that will dampen external demand; an increasing debt burden, already large in a few countries, exacerbated by increasing interest rates and depreciating exchange rates; and distortionary domestic measures taken by several countries to deal with current difficulties.

Pada bagian penutup laporan, terdapat ringkasan perlunya pengambil kebijakan melakukan serangkaian kebijakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com